PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Polkam

Jangan Pernah Remehkan Cawagub Prof Andalan, Presiden Perancis Juga Berusia Muda

Bupati Bantaeng Prof Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan), kandidat nomor 3 di Pilkada Sulsel 2018.

Makassar, PMP – Andi Sudirman Sulaiman memang baru berusia 34 tahun, namun jangan pernah remehkan cawagub Prof Andalan nomor 3 pendamping petahana Bupati Bantaeng Prof Nurdin Abdullah. Saat Debat Kandidat Pilkada Sulsel, pria kelahiran Bone itu membuktikan diri sanggup menandingi Cawagub Andi Mudzakkar yang petahana Bupati Luwu.

Ajang Debat Kandidat Pilkada Sulsel 2018 yang digelar di Hotel Clarion Makassar, pada Rabu malam (28/3/2018), agaknya menjadi kesempatan pertama bagi Andi Sudirman Sulaiman atau Andalan untuk membuktikan bahwa dirinya mampu dan layak diperhitungkan untuk ikut bersaing melawan para politisi senior di Sulsel.

Maklum, Pilkada Sulsel 2018 diikuti para politisi kawakan seperti mantan Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo, petahana Bupati Luwu Andi Mudzakkar (Cakka), mantan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, atau bahkan petahana Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang.

Baca juga: Cawagub Prof Andalan Pukul Telak Cawagub Cakka di Debat Kandidat Pilkada Sulsel

Sejatinya memang banyak orang menunggu penampilan Andalan pada Debat Kandidat tersebut. Maklum, beberapa hari sebelumnya, juru bicara pasangan NH-Aziz baru saja menyebutnya sebagai tak layak menjadi pemimpin karena hanya mantan Ketua OSIS.

Namun cemooh tak membuat Andalan minder. Dia pun memanfaatkan Debat Kandidat untuk menunjukkan kepiawaiannya dalam beradu argumentasi kepada masyarakat Sulsel.

Kesempatan pun datang saat Rosiana Silalahi, pemandu Debat Kandidat, mempersilahkannya mengambil bola undian untuk menentukan dengan siapa dia harus berdebat. Ternyata bola nomor 4, yang artinya Andalan harus mengajukan pertanyaan kepada Cakka yang menjadi cawagub pasangan Ichsan Yasin Limpo.

Baca Juga :   Tokoh Selayar Dukung Prof Andalan, Berharap Daerahnya Jadi Tujuan Wisata

“Apa kabar Kanda?” sapa Andalan memulai pertanyaan kepada Cakka. Andalan nampaknya paham bahwa Cakka tak lain seniornya di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar. Jika Cakka alumni Teknik Sipil, Andalan alumni Teknik Mesin.

‘Andalan pun melontarkan pertanyaan tentang bagaimana mengatasi sawah tadah hujan di Sulsel yang hanya bisa panen jika turun hujan.

“Kabar baik Adinda,” jawab Cakka yang rupanya berusaha mencairkan situasi sebelum memberikan jawaban. Namun entah karena tak paham pertanyaan atau tak punya jawaban, Cakka yang sudah malang-melintang di politik itu justru menjawab seputar distribusi benih atau pupuk di Sulsel. Tak ada jawaban terkait sawah tadah hujan.

Selanjutnya, Cakka mendapat giliran bertanya kepada Andalan. Dia meminta jawaban bagaimana meningkatkan hasil panen petani garam di Sulsel. Andalan pun menjawab sesuai apa yang ditanyakan. Menurutnya, produksi garam bisa ditingkatkan dengan memperkenalkan teknologi sederhana yang bisa dengan mudah diaplikasikan oleh para petani garam. Jawaban itu rupanya membuat skor menjadi 2-0 untuk Andalan.

Presiden Macron Usia 39 Tahun

Cibiran pihak tertentu kepada Andalan yang dianggap tak layak karena masih anak bawang, tampaknya memang mengada-ada. Maklum saja, banyak pemimpin di Indonesia dan bahkan dunia yang memulai karier politiknya di usia muda.

Presiden Perancis Emmanuel Macron menjadi presiden di usia 39 tahun.

Sebut saja Presiden Perancis Emmanuel Macron yang dilantik menjadi presiden pada 14 Mei 2017 di usia 39 tahun. Macron bahkan memulai karier politiknya sebagai  Deputi Sekjen Elysee dan anggota senior Staf Presiden Hollande pada tahun 2012 di usia 35 tahun.

Baca Juga :   Prof Nurdin Abdullah Maraton Blusukan di Tiga Kabupaten, Hanya Kandidat Berfisik Prima yang Sanggup

Sebelum terjun ke politik, Macron menjadi pegawai negeri sebagai Inspektur Keuangan di Kementerian Ekonomi Perancis antara 2004 dan 2008. Kemudian dia memutuskan menjadi bankir investor swasta di Rothschild & Cie Banque.

Laiknya Macron, sebelum memutuskan terjun ke politik dan menjadi pasangan Prof Nurdin Abdullah, Andalan merupakan seorang profesional di perusahaan asing. Tak main-main, pria kelahiran Bone itu menjadi Deputy dan Project Manager  perusahaan migas multinasional PT Offshore Services Indonesia di usia 33 tahun.

Andalan menyelesaikan kuliahnya di Teknik Mesin hanya dalam 3 tahun dan 8 bulan dengan predikat cumlaude. Setelah itu memulai karier di perusahaan multinasional yang telah memberinya beasiswa PT Thiess Indonesia, yang bergerak di jasa pertambangan. Kecemerlangannya membuat PT Petrosea, perusahaan migas asal Australia, merekrutnya dengan penghasilan yang lebih menjanjikan.

Baca juga : Andi Sudirman Sulaiman Ajak Masyarakat Sulsel Teladani Rasulullah Muhammad SAW

Bekerja di perusahaan multinasional membuat Andalan menjadi sosok yang sangat disiplin dan menghargai waktu. “Bekerja itu ya di siang hari. Kalau sudah  masuk malam ya istirahat,” katanya beberapa waktu lalu.

Bahkan, Andalan yang juga sangat displin menjalankan sholat lima waktu begitu adzan terdengar, juga tak menyukai bersosialisasi di sosmed melalui ponsel. Baginya ponsel hanya untuk berkomunikasi. Sementara untuk koordinasi pekerjaan, Andalan sangat bergantung kepada email.

Baca Juga :   Pilgub Sulsel, Dua Bersaudara Tokoh Kajang Siap Menangkan Prof Andalan

“Kalau bekerja dengan saya harus punya email. Kalau tidak ya out. Sebab email sangat efektif untuk menjangkau banyak orang, juga membuat orang tidak punya alasan untuk tidak tahu atau hadir tidak tepat waktu. Sebab pesan di email terekam dengan jelas di akun pengirim maupun akun penerima pesan,” ujarnya.

Oleh sebab itulah, jika ada yang menyebut Andalan tak layak menjadi pemimpin, tentu mengada-ada. Maka ketika juru bicara NH-Aziz menyebut Andalan tak layak, pernyataan itu justru ditertawakan oleh  Husain Djunaid, Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulsel.

“Andi Sudirman Sulaiman memang baru berusia 34 tahun. Artinya dia berasal dari generasi milenial yang mewakili anak muda jaman now. Orangnya pandai, kariernya cemerlang dan bersih dari korupsi sehingga layak mendampingi Bupati Bantaeng Prof Nurdin Abdullah yang menerima Bung Hatta Anti-Corruption Award 2017,” kata Uceng, panggilan akrab Husain Djunaid.

Menurut Uceng, masyarakat Sulsel layak memberi kesempatan kepada Andalan untuk memberikan pengabdian terbaik bagi provinsi tanah kelahirannya. “Sudah saatnya anak muda menjadi pemimpin Sulsel agar lebih jaya,” tambahnya.

Akankah Andalan bakal mulus menapaki dunia politik dan sukses laiknya Presiden Macron di Perancis? Sebagai langkah awal, tentu bergantung kepada masyarakat Sulsel. Apakah mereka memberi amanah kepada pasangan nomor 3 Prof Andalan untuk menjadi pemenang pada hari pencoblosan 27 Juni mendatang.(bhimo)