PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Polkam

Cawapres Jokowi dari Timur, Menakar Peluang TGB dan Mentan Amran

Presiden Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman. (Humas Kementan)

Jakarta, PMP – Megawati Soekarnoputri melontarkan sinyal bahwa calon wakil presiden (cawapres) pendamping Jokowi adalah sosok dari kawasan Indonesia timur. Sejauh ini ada dua nama yang banyak disebut, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Siapa lebih berpeluang?

Sinyal dari Ketua Umum PDI Perjuangan itu terlontar seusai bertemu Jokowi di Istana Batu Tulis, Bogor, Minggu (8/7/2016). Kabarnya, keduanya bertemu memang khusus membicarakan soal cawapres yang tenggat waktu pengajuannya 10 Agustus mendatang.

“Pada momentum tepat, dan dalam cuaca yang cerah, secerah cahaya ketika matahari terbit dari timur,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menirukan ucapan Megawati ketika ditanya kapan cawapres diumumkan.

Frasa ‘terbit dari timur’ itulah yang kemudian banyak ditafsirkan bahwa sosok cawapres bakal merepresentasi Indonesia timur. Hal yang wajar, mengingat pada Pilpres 2014 Mega dan Jokowi terbukti memilih Jusuf Kalla yang kelahiran Bone Sulsel yang merupakan representasi Indonesia timur.

Kini, siapa sosok dari Indonesia timur yang layak jadi cawapres?

JK tampaknya berpeluang kecil. Selain kabar kurang harmonisnya hubungannya dengan Jokowi di Istana, faktor umur tampaknya juga bisa jadi kendala.

Masyarakat pun segera melirik TGB Muhammad Zainul Majdi. Nama TGB yang ulama dan sukses memimpin NTB dua periode itu memang masuk dalam bursa cawapres. Hasil survei LSI Denny JA, misalnya, menyebut TGB salah satu cawapres ideal bagi Jokowi dari unsur agama, bersama KH Ma’ruf Amin, Din Syamsuddin dan Mahfud MD.

Apalagi TGB yang anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat itu secara terang-terangan juga menunjukkan sikap mendukung Jokowi. Sebuah keputusan yang berisiko, mengingat dirinya justru digadang-gadang oleh pihak yang kritis terhadap pemerintah untuk menjadi cawapres bagi calon presiden penantang Jokowi.

Baca Juga :   Presiden Jokowi: Kemunduran Ekonomi Negara Maju Momentum Kita Kejar Ketertinggalan

Maka tak perlu heran jika Amien Rais sempat menyindir meski tak sebut nama. “Saudara-saudaraku, akhir-akhir ini kita melihat sebagian umat, bahkan sebagian tokoh, membingungkan kita karena berpindah posisi. Dari posisi yang kita anggap sudah benar sesuai dengan hidayah Allah, tiba-tiba pindah ke posisi lain yang membuat kita agak bertanya-tanya,” kata Amien.

Belum lagi risiko TGB menghadapi SBY yang diyakini banyak pihak justru menginginkan AHY menjadi cawapres. Namun ternyata TGB tak goyah.

“Saya tetap pada posisi saya, putusan saya mendukung Bapak Jokowi. Kalau ada risiko atas pilihan itu, akan saya hadapi,” tegas TGB di Gedung ICMI, Jakarta, Rabu (11/7/2018).

Amran Kuda Hitam

Lalu bagaimana peluang Mentan Amran Sulaiman?

Tak seperti TGB, nama Amran Sulaiman tak masuk di daftar bursa unggulan cawapres. Namun pria kelahiran Bone 50 tahun lalu itu bisa disebut sebagai kuda hitam. Salah satu faktor yang membuatnya berpeluang besar dipilih Jokowi, tak lain kedekatannya secara personal dengan sang presiden.

Maklum saja, Amran sudah menyingsingkan lengan baju untuk membuka jalan bagi kemenangan Jokowi menjadi presiden pada Pilpres 2014. Amran tak lain otak penggerak dukungan buat Jokowi di Sulawesi Selatan dan berbagai provinsi di kawasan Indonesia Timur.

Amran adalah Koordinator Sahabat Rakyat Kawasan Timur Indonesia (SR KTI) yang berdiri dan berpusat di Makassar. SR KTI inilah yang bahu membahu menggalang dukungan buat Jokowi bersama Seknas Jokowi Sulsel dan Indonesia timur.

Baca Juga :   Jokowi Ubah Bansos Sembako Jadi Tunai, Jangan Ada Lagi Potongan-Potongan

Berkat kegigihannya di Sulsel dan Indonesia timur itulah, Amran dipercaya Jokowi menjadi Menteri Pertanian di Kabinet Kerja. Amran tak menyia-nyiakan kepercayaan Jokowi. Dia membuktikan dirinya pekerja keras, cerdas dan loyal dalam merealisasi dan mengamankan berbagai kebijakan Jokowi di sekor pertanian.

Berbagai gebrakan dia buat. Mentan Amran bahkan berani bersikap tegas memberantas mafia di sektor pangan sesuai kebijakan Presiden Jokowi. Dia juga menggenjot produksi empat komoditas strategis sehingga memenuhi kebutuhan nasional dan kelebihannya diekspor.

Salah satu prestasi Amran yang paling berkilau adalah sukses membawa Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang bisa menembus 25 besar pertanian terbaik di dunia, di tahun 2017. Indonesia menduduki peringkat 21 dari 113 negara berdasarkan Indeks Keberlanjutan Pangan atau Food Sustainability Index (FSI) oleh lembaga riset dan analisis ekonomi internasional The Economist Intelligent Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation.

Maka tak perlu heran jika Presiden Jokowi pun tak segan memberi pujian secara terbuka bagi Amran. Salah satunya saat Rakernas Pembangunan Pertanian 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta, pada awal Januari 2017.

Saat berpidato membuka Rakernas, Presiden Jokowi menyatakan Mentan Amran sukses mengembangkan program pertanian selama dua tahun diberi amanah. “Saya bahagia sekali punya Menteri Pertanian sekelas Bapak Amran,” kata Jokowi.

Cukupkah pujian presiden membuat Amran dipilih menjadi cawapres?

Menarik menyimak pendapat Direktur Eksekutif Charta Politica Yunarto Wijaya tentang hal penting yang bakal dipertimbangkan Jokowi dalam memilih cawapresnya di 2019.

Baca Juga :   Penambahan Harian COVID-19 Tertinggi Lagi, Satgas Laporkan 9.321 Kasus Baru

“Hal penting pertama bagi Jokowi dalam memilih cawapres adalah chemistry dan loyalitas,” kata Yunarto saat tampil di Kompas TV, pada Rabu malam (11/7/2018).

Menurut Yunarto. chemistry tak hanya terkait kebijakan, koordinasi dan kinerja selama lima tahun ke depan, namun juga hubungan personal. Jokowi pastilah menginginkan sosok pendamping yang benar-benar bisa dia ajak berdiskusi tentang negara dan berbagai hal secara aman.

Sementara untuk soal loyalitas, menurut Yunarto, tak hanya loyalitas selama lima tahun menjabat, tapi yang lebih penting adalah loyalitas kepada Jokowi pasca Pilpres 2024. Sebab wapres Jokowi periode 2019-2024, hampir pasti berpeluang ikut meramaikan bursa capres di 2024.

“Jokowi pasti tak mau menjadi mantan presiden yang sering baper karena presiden penggantinya sering mengritik kebijakannya,” kata Yunarto.

Nah dari dua kriteria Yunarto tadi, Amran agaknya justru lebih berpeluang dipilih Jokowi dibanding TGB. Chemistry dan loyalitas Amran kepada Jokowi sangat kuat dan sudah teruji.

Kemudian jika banyak yang menganalisa bahwa cawapres Jokowi nanti bukanlah sosok partai untuk menjaga soliditas di antara banyaknya partai pendukung, posisi Amran juga lebih diuntungkan dibanding TGB. Dia bukanlah kader partai, berbeda dengan TGB yang berasal dari Demokrat.

Jadi siapa yang bakal dipilih Jokowi sebagai cawapres? Masih ada waktu buat Jokowi untuk menentukan pilihan hingga tenggat 10 Agustus mendatang. Siapa cawapres yang dipilih, tentu keputusan finalnya ada di Jokowi sesuai pertimbangannya paling personal.(bhimo)