PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Nusantara

Falsafah Sayangi Tanaman Gubernur NA dan Impian buat Lejja  

Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah menyapa warga Desa Bulue, Kecamatan Morioriawa, Kabupaten Soppeng, setelah menjaga kebugaran fisik dengan berjalan cepat.

Soppeng, pmp – Jarum jam belum genap menunjuk pukul 06.00 WITA. Prof Nurdin Abdullah sudah terlihat rapi dengan setelan olahraga. Celana training biru dongker, jaket putih, topi, plus sepatu kets. Sementara para ajudan dan pengawal pribadi (Walpri) Gubernur Sulsel, masih sibuk dengan persiapan pribadi. Ada yang sarapan, membersihkan mobil dinas, atau mengemas barang-barang.

Setelah beberapa kali mengangkat kedua tangan sembari menarik nafas panjang untuk memenuhi dada dengan udara pagi, Gubernur Sulsel itu mulai melangkahkan kaki keluar ‘Resort & Hotel Hakata Lejja’ tempat menginap.

Hawa segar kawasan perbukitan Lejja, Kabupaten Soppeng, tampaknya tak disia-siakan begitu saja oleh Prof Nurdin Abdullah (NA) untuk menjaga kebugaran fisik. Langkahnya cepat. Darman, salah satu Walpri, setia mengikutinya sembari menenteng sebotol air mineral buat Pak Gubernur.

Setelah puas berjalan cepat, Gubernur NA ternyata memanfaatkan waktu senggang paginya untuk menyapa warga yang tinggal di sekitar Hotel Hakata Lejja yang terletak di Desa Bulue, Kecamatan Morioriawa. Juga menyempatkan memeriksa kebun buah yang ditanami berbagai pohon. Mulai dari rambutan, mangga, srikaya, hingga jeruk bali.

Baca Juga :   Ekspor Sulsel Naik 15%, Bukti Pemerintah Pro Rakyat

Sejatinya, Resort dan Hotel Hakata Lejja memang milik Gubernur NA. “Persis di Hakata, itu dulu rumah Ibu saya (Nuraeny). Bapak saya (Andi Abdullah) dulu Danramil di sini. Makanya saya sempat tinggal di sini sampai kelas 2 SD,” jelasnya.

Kini, Hakata Lejja berdiri di areal seluas 13 Ha. Tanah seluas itu mulai dibeli Prof NA saat masih jadi pebisnis dan menjabat Presdir PT Maruki Internasional Indonesia (MII). Kini, rumah Sang Ibunda telah dikelilingi lahan yang menghijau dengan aneka tanaman buah.

“Lahan di sekitar sini, dulunya hanya ditumbuhi semak-belukar. Sekitar tahun 1994, saya mulai tanami dengan berbagai macam tanaman buah. Alhamdulillah subur dan berbuah. Warga sekitar pun mulai tergerak ikut menanam buah-buahan. Sekarang anda bisa lihat, kawasan di desa ini jadi menghijau,” kisah lelaki kelahiran Parepare 55 tahun lalu itu.

Guna merangsang warga desa ikut menanam buah, Prof NA sengaja membiarkan buah di lahannya dikonsumsi semua orang. Dari situlah, warga desa pun mulai bertanya tentang bagaimana cara menanam dan merawat berbagai macam tanaman buah. Semak belukar pun perlahan mulai terpangkas.

Baca Juga :   Prof Andalan Sukses di Debat Kandidat, PKS Gelar Rakor Akbar Kader Elite Sulsel

“Saya jelaskan kepada mereka, tanaman itu sama seperti manusia. Jika dirawat dan disayang, mereka akan memberi timbal balik yang sepadan. Jika dibiarkan telantar, mereka juga ngambek dan tak bakal memberi hasil seperti yang kita harapkan,” papar guru besar bidang pertanian itu sembari tertawa.

Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah dan warga Desa Bulue.

Baca juga : Jangan Pernah Remehkan Cawagub Prof Andalan, Presiden Perancis Juga Berusia Muda

Prof NA kemudian berkisah bagaimana dia dulu memperlakukan pohon mangga yang tumbuh di sekeliling gedung kantor PT MII. Sebelum dia masuk, tanaman mangga itu tak pernah berbuah. Dia pun kemudian mulai menyiram dan merawat pohon-pohon tersebut.

“Boleh percaya atau tidak. Saya bahkan sampai peluk pohon-pohon itu dan berbisik, ‘Kamu aku sayangi, kamu berbuah ya. Semua orang di sini menyayangi kamu dan ingin kamu berbuah’. Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian, pohon-pohon itu semakin subur dan berbuah dengan lebatnya,” kisah Prof NA sembari tertawa.

Kini, sebagai Gubernur Sulsel, Prof NA bercita-cita menjadikan kawasan Lejja yang terkenal dengan pemandian air panas belerang, sebagai salah satu destinasi wisata yang menasional dan bahkan mendunia.

Baca Juga :   Fakta Jumras Hak Angket, Gubernur Fokus Saran KPK Kadir Fokus Mekanisme Pencopotan

“Nah, nanti dari desa ini sampai ke pemandian di atas, semua lahan penduduk kita tanami buah-buahan. Kita jadikan kawasan wisata agro. Turis yang datang boleh memetik sepuasnya, ditimbang dan bayar. Itu akan menjadi sumber penghasilan bagi warga desa,” ujarnya yakin.

Langkah Prof NA terhenti begitu memasuki areal parkir hotel. Sekitar 10 warga desa telah menunggunya. Para petani itu hanya berniat menyapa dan memberi salam kepada anak desa mereka yang kini menjadi gubernur.

“Bagaimana? Sudah mi Kita’ (anda) rapikan dan tanami lahan di sebalah rumah Ta’?” tanya Prof NA kepada salah satu warga.

“Belum Pak Gub,” jawab yang ditanya sembari tersipu.

“Koq belum? Masak di Kampung Gubernur masih ada semak-belukar? Apa nanti na bilang orang?” canda Gubernur NA.

Tawa pun pecah berderai. Hawa sejuk perbukitan Lejja pun terasa  menghangat. Sehangat perbincangan Gubernur dan warganya, juga sinar matahari yang mulai muncul dari balik perbukitan.(bhimo)