PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Seleb Tren

Ini Penuturan Didi Kempot Punya Fans Presiden dan Ibu Negara Suriname

Didi Kempot dan Presiden Suriname Desi Bouterse saat Sang Legenda Campursari Jawa itu menggelar konser di Stadion Anthony Nesty, Suriname, pada Sabtu, 29 September 2018. (metrotv.com)

Jakarta, PMP – Penyanyi campursari Didi Kempot sangat popular di Suriname, sebuah negara berpenduduk sekitar 600 ribu jiwa di timur laut benua Amerika Selatan yang 8% penduduknya keturunan suku Jawa. Tapi siapa sangka, Didi Kempot ternyata juga memiliki fans orang hebat, yakni Presiden Suriname Desi Bouterse dan Ibu Negara Ingrid Waldring Bouterse.

“Presiden Bouterse bahkan datang langsung ke ruang ganti pakaian saya. Nungguin saya di ruang ganti pakaian itu. Bahkan isterinya, meski bukan keturunan Indonesia, dia mengerti lagu-lagu saya dan itu sangat membahagiakan,” tutur Didi Kempot pada program Perspektif, Metro TV, yang dtayangkan 24 Agustus 2019.

Pada program Perspektif itu, Lord Didi –julukan akrab penyanyi 53 tahun yang meninggal Selasa (5/5/2020) pagi, di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah– memaparkan konser terakhirnya dari sembilan konser di  Stadion Anthony Nesty, Suriname pada 29 September 2018.

Pada konser itu, Didi yang saat itu masih berumur 51 tahun, menerima penghargaan dari Presiden Bouterse yakni piagam Stichting JAMU (Jawa Musik), sebuah yayasan yang didirikan Menteri Dalam Negeri Suriname Soewarto Moestadja untuk melestarikan kebudayaan Jawa di Suriname, khususnya lagu-lagu Jawa.

Maestro campursari ini mengawali konser dengan mengajak ribuan hadirin memanjatkan doa bersama untuk para korban gempa bumi dan tsunami di Palu serta Donggala yang terjadi sehari sebelum konser digelar, yakni pada Jumat  (28 September 2018).

Tentang kedekatan dengan Presiden Bouterse, Didi yang merupakan anak dari Ranto Edi Gudel dan adik kandung pelawak senior Srimulat almarhum Mamik Prakoso itu, mengaku sempat menghadiahkan baju batik Solo yang dia pesan secara khusus.

“Saya tanya sama Menteri Soewarto Moestadja, presidenmu itu ukuran bajunya apa? Soewarto jawab, XXXL. Wah besar sekali,” kata Didi sembari membusungkan dada dan tertawa.

Didi Kempot hadiahkan baju batik buat Presiden Desi Bouterse.(didi kempot official)

Mendagri Soewarto Moestadja (70) yang keturunan Jawa memang sahabat lama Didi Kempot.  Dia merupakan  generasi kedua keturunan buruh kontrak asal Kalirancang, Kebumen, Jawa Tengah, yang  dikirim penjajah Belanda di era 1890–1939. Selama periode itu, Belanda mengirim 32.956 orang Indonesia yang mayoritas Jawa ke Suriname yang juga wilayah jajahannya untuk menjadi kuli kontrak. Didi mengenal Soewarto sejak sahabatnya itu masih menjadi penyiar Radio Garuda di Suriname yang mengudara dengan mayoritas bahasa Jawa selain bahasa resmi Belanda.

Penyanyi Paling Popular di Suriname

Pada tahun 2013, Soewaro Moestadja inilah yang menyebut Didi Kempot sebagai penyanyi paling popular di Suriname. Didi Kempot justru berkelakar ketika ditanya kiatnya bisa menjadi penyanyi paling popular di Suriname.

“Makanya itu. Sampeyan bingung to? Saya sendiri yang ngalami juga bingung,” kata Didi yang nama aslinya Dionisius Prasetyo itu sembari tertawa.

Namun Didi kemudian menyebut kata kuncinya adalah keseriusan dalam berkarier. Dia mulai dikenal di Suriname setelah menyanyi di Belanda pada tahun 1993. Maklum saja, banyak warga Suriname yang tinggal di Belanda. Merekalah yang kemudian menyebar lagu-lagu campursari Jawa Didi Kempot ke negaranya.

“Kemudian  sekitar tahun 2005-2006, anak-anak Suriname yang mendengar lagu saya mulai bertanya ke orang tua mereka arti dari lirik lagu bahasa Jawa yang saya nyanyikan,” papar Didi.

Didi Kempot dijuluki The Godfather of Brokenheart atau Lord Didi. (konfrontasi.com)

Sejak itulah lagu-lagu Didi semakin popular. Saat manggung terakhir di Suriname, Didi membawakan lagu-lagu popularnya seperti Stasiun Balapan, Sir-siran, Trimo Ngalah, Cucak Rowo, Sewu Kuto, Cidro, atau Kalung Emas. Tak ketinggalan, lagu-lagu baru yang dibawakan musisi kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966 itu, seperti Ngingu Pitik dan Banyu Langit.

Konser selama 2 jam lebih itu agaknya konser perpisahan Didi Kempot dengan ratusan ribu penggemarnya di Suriname. Mereka pastilah berduka dan kehilangan, serta berdoa yang terbaik buat Sang Legenda Campursari yang juga dijuluki sebagai The Godfather of Brokenheart oleh para penggemarnya di Indonesia yang menamakan diri sebagai Sobat Ambyar. Selamat jalan Didi Kempot.(bim)