PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Sehat Cantik Tren

COVID-19 Diindikasi Tingkatkan Stroke Usia Muda, Mengapa Virus Paru Serang Otak?

COVID-19 Lingked Stroke Healthy Young Adults
Gumpalan darah terbentuk di arteri karotis, sepasang pembuluh darah yang terletak di bagian dalam leher yang mengantarkan darah ke otak dan kepala. (American Heart Association)

Jakarta, PMP – Sebuah penelitian awal yang dilakukan para dokter di University Thomas Jefferson Hospital menunjukkan bahwa kaum muda sehat yang terinfeksi COVID-19 memiliki peningkatan risiko terserang stroke. Bahkan meski mereka tidak merasakan gejala terserang virus Corona.

Para ahli bedah di University Thomas Jefferson Hospital, Philadelphia, Pennsylvania AS, bekerja sama dengan ahli bedah dari NYU Langone Medical Center New York, telah mengamati 14 pasien yang datang ke rumah sakit untuk perawatan stroke antara 20 Maret hingga 10 April 2020, selama masa pandemi Corona. Hasil penelitian awal itu dipublikasi di Jurnal Neurosurgery yang terbit Kamis (4/6/2020).

“Meskipun kami harus menekankan bahwa penelitian kami adalah penelitian pendahuluan dan hanya berdasarkan pengamatan terhadap 14 pasien, namun apa yang kami temukan cukup mengkhawatirkan,” kata Pascal Jabbour MD, Kepala Divisi Bedah Neurovaskular dan Bedah Endovaskular di Vickie & Jack Farber Institute for Neuroscience-Jefferson Health, serta penulis hasil studi yang mengkarakterisasi stroke pada pasien positif COVID-19, yang dimuat di Jurnal Neurosurgery.

Baca Juga :   Masker Bertahta Berlian, Paling Murah Rp 10 Juta

Baca juga: Stroke Bukan Akhir Kehidupan, Simak Mark Moore yang Sembuh Total

Para pasien yang terdiri dari delapan pria dan enam wanita, sebanyak 50% tidak tahu bahwa mereka telah terinfeksi virus COVID-19, sementara sebagian lain sudah dirawat.

Para peneliti juga menemukan bahwa 42% dari pasien stroke dan terpapar COVID-19 berusia di bawah 50 tahun, padahal 75% penderita stroke di AS adalah orang berusia di atas 65 tahun.

“Kami melihat pasien berusia 30-an, 40-an dan 50-an mengalami stroke yang lazimnya hanya kita temukan pada pasien berusia 70-an dan 80-an,” kata Dr Pascal Jabbour seperti dikutip dari medicalxpress.com. Selain itu, tingkat kematian di antara pasien stroke COVID-19 adalah 42,8%, atau jauh lebih tinggi daripada kematian umum stroke, yaitu sekitar 5% hingga 10%.

Baca Juga :   Pelindo III Bagikan 1.000 Paket Sembako Bagi Pelaku Sektor Wisata Pacet Mojokerto

Seluruh pasien mengalami stroke di pembuluh darah besar di kedua belahan otak dan di arteri dan vena otak, serta pembuluh darah lainnya, di mana menurut para peneliti tidak lazim ditemukan pada pasien stroke.

Baca juga: Emilia Clark Game of Thrones Terserang Stroke di Usia 24 Tahun

Mengapa Virus Penyakit Paru Serang Otak?

Pertanyaannya kemudian, mengapa virus Corona yang lazim dianggap sebagai virus penyakit paru-paru bisa menyebabkan pembekuan darah di otak yang meningkatkan serangan stroke?

Menurut Dr Jabbour, orang-orang muda yang mungkin tidak merasa terpapar virus Corona, sebenarnya tubuhnya sedang mengembangkan gumpalan yang berpotensi menyebabkan stroke.

Baca juga: Nikah Saat Larangan Berkumpul, Foto Para Tamu Dipajang di Deretan Kursi Kosong

Baca Juga :   Rekor COVID-19 Pecah Lagi, Kasus Positif Baru 1.241

Dia menjelaskan, gumpalan tersebut disebabkan oleh virus Corona yang memasuki sel manusia melalui protein pada sel yang disebut ACE2. Selain menggunakan ACE2 sebagai gerbang masuk ke dalam sel untuk bereplikasi atau memperbanyak diri, virus juga bisa mengganggu fungsi normal protein yaitu mengontrol aliran darah, termasuk aliran darah ke otak.

Hal yang perlu diketahui, tidak semua sel tubuh memiliki jumlah ACE2 yang sama. Protein ACE2 sangat berlimpah pada sel-sel yang melapisi pembuluh darah, jantung, ginjal, dan tentu saja paru-paru.(bim)