PenaMerahPutih.com
HeadlineIndeksSehat CantikTren

Menristek Dukung Guru Besar ITS Kembangkan Pendeteksi COVID-19 Lewat Bau Keringat Ketiak

i-nose c-19
Menristek Bambang Brodjonegoro memperhatikan cara kerja ‘i-nose c-19’ dari Tim Peneliti ITS. (Humas Kemenristek)

Surabaya, pmp – Guru besar ITS menginovasi alat pendeteksi COVID-19 melalui bau keringat ketiak atau axillary sweat odor yang diberi nama ‘i-nose c-19’. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mendukung pengembangannya.

Alat ‘i-nose c-19’ ciptaan Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD, guru besar Departemen Teknik Informatika ITS beramas tim itu, memanfaatkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memproses sampel bau keringat ketiak seseorang.

“Bau keringat akan diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian diklasifikasikan menggunakan AI untuk mendeteksi apakah seseorang terpapar COVID-19 atau tidak,” kata Ryan, panggilan akrabnya, saat presentasi ‘i-nose c-19’ di hadapan Menristek, di Gedung BJ Habibie Jakarta, Selasa (19/1/2021).

Baca Juga :   Harap Waspada Kasus Baru COVID-19 Meledak Tembus 8.369 Pasien

Ryan melakukan presentasi didampingi didampingi Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MScEng PhD, Ketua Majelis Wali Amanat ITS Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA, serta sejumlah tim pengembang ITS yang terlibat. Sementara dari pihak Kemenristek/BRIN hadir juga beberapa pejabat.

Menurut Ryan, ‘i-nose c-19’ yang dikembangkannya masih pada tahap uji profil. Selanjutnya diperlukan banyak sampel pengujian dan beberapa tahap sebelum dipasarkan ke masyarakat luas.

Percepatan pengembangan alat tersebut sangat penting, lantaran alat pengujian COVID-19 ini sangat cepat dan murah sehingga sangat dibutuhkan untuk mengontrol pandemi corona. Saat ini sudah ada enam ‘i-nose c-19’ yang diproduksi.

Alhamdulillah dari Kemenristek/BRIN mendukung pembuatan alat baru ini dan pengoperasiannya nanti,” tambah Ryan.

Baca Juga :   Jokowi Ubah Bansos Sembako Jadi Tunai, Jangan Ada Lagi Potongan-Potongan

Hasil Diperoleh 3,5 Menit

Salah satu kendala yang dihadapi Ryan dan tim adalah ketersediaan komponen yang biasanya tersedia di Indonesia, kini sedang tidak ada. “Sehingga harus impor dari negara lain yang membutuhkan waktu lebih lama,” tuturnya.

Kecanggihan lain alat ini, adanya fitur near-field communication (NFC) yang memudahkan pengisian data hanya dengan menempelkan e-KTP pada ‘i-nose c-19’.

Penggunaan cloud computing sebagai penyimpan data juga mendukung ‘i-nose c-19’ agar dapat terintegrasi dengan masyarakat, pasien, dokter, rumah sakit, maupun laboratorium.

Setelah seseorang memasukkan nomor telepon seluler (ponsel), sertifikat elektronik yang menyatakan hasil tesnya positif atau negatif akan segera dikirimkan melalui pesan daring. Sehingga jika dihitung dari awal pemeriksaan sampai hasil diterima kurang lebih 3,5 menit.

Baca Juga :   Pertama Sejak Krisis 1998, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Minus 2,07%

Ryan berharap ‘i-nose c-19’ dapat dikomersialkan maksimal tiga bulan ke depan.

“Melihat semakin meningkatnya penyebaran virus COVID-19 ini, dunia tentunya sangat membutuhkan banyak teknologi screening yang mudah dan cepat untuk diimplementasikan,” tandasnya. (els)