Rembang, pmp – Meski sudah mengantongi izin operasi dan penambangan, pabrik semen Rembang belum beroperasi normal karena belum bisa melakukan penambangan. Namun mereka telah memberikan manfaat bagi warga Rembang dan sekitarnya. Saat ini, pabrik semen Rembang miliki 967 karyawan, di mana 70 persennya warga lokal.
“Para karyawan yang saat ini terlibat dalam operasional pabrik Semen Rembang memang mayoritas warga Rembang. Itu adalah komitmen kami sejak awal untuk melibatkan warga Rembang dan warga sekitar pabrik,” kata Heru Indra Widjajanto, GM Rembang Production kepada penamerahputih.com, Kamis (16/11/2017).
Total terdapat 967 karyawan yang terbagi menjadi dua. Pertama, 137 karyawan organik dari PT Semen Gresik (PTSG) untuk pengoperasian pabrik. Kedua, 830 karyawan supporting untuk mendukung operasi pabrik dari berbagai lini. Sebut saja pendukung operasional dan perawatan pabrik, operasional administrasi, CSR, kehumasan, pengemudi, cleaning services, hingga sekuriti.
Menurut Heru Indra, SDM organik dari PTSG –anak perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk– tetap diperlukan untuk memastikan berputarnya mesin pabrik yang menggunakan teknologi modern, juga mengisi posisi-posisi kunci di berbagai lini.
“Tenaga ahli dan berpengalaman dari PTSG tentu masih terlibat. Mereka diharapkan bisa melakukan transfer ilmu ke tenaga kerja lokal Rembang yang mayoritas sudah kami rekrut sejak proyek pembangunan pabrik tahun 2013,” katanya.
Sementara menurut Ali Mahfud, Manager SDM Rembang Production, dari total 137 karyawan inti PTSG, sebanyak 5 persennya warga Rembang. Sementara dari total 830 tenaga supporting, hampir 80 persen atau sekitar 663 karyawan merupakan warga Rembang.
Para tenaga kerja lokal itu menjadi karyawan di anak-anak perusahaan dan afiliasi PTSI yang sudah masuk Rembang untuk mendukung beroperasinya pabrik semen. Yakni PT Semen Indonesia Logistik (Silog), PT United Tractor Semen Gresik (UTSG), PT Swadaya Graha, PT Swabina Gatra, PT Industri Kemasan Semen Gresik (IKSG), dan PT Konsulta Semen Gresik.
Para tenaga kerja lokal ini minimal berpendidikan SMU atau SMK. Mereka memperoleh gaji di atas Upah Minimum Rembang (UMR) sebesar Rp 1.400.000. Sementara mereka yang alumni D-3 atau sarjana, berpenghasilan sekitar Rp 3 juta.
Baca juga: Atna Tukiman: Investasi Bakal Suram Jika Pabrik Semen Rembang Tak Diberi Izin
Lapangan Kerja Lewat CSR
Data karyawan PT Swabina Gatra untuk pabrik Rembang juga menunjukkan persentase yang besar buat warga Rembang. Dari total 317 karyawan, sebanyak 273 karyawan atau 86 persen merupakan warga Rembang. Sementara karyawan asal daerah lain di Jateng 12 orang, asal Jatim 31 orang, dan daerah lain 1 orang.
Swabina Gatra merupakan penyedia tenaga kerja buat pabrik semen Rembang untuk tenaga administrasi, pengemudi, atau sekuriti. Sementara untuk SDM berpendidikan minimal D-3 atau sarjana disediakan PT Konsulta Semen Gresik (KSG). Dari total 31 karyawan KSG, hampir 100 persen adalah warga Rembang.
Muhammad Nurhadi Arifin (23), karyawan Swabina Gatra yang berkerja di bagian SDM, mengaku gaji pokoknya sesuai UMR Rembang yakni Rp 1.400.000. Namun dia masih menerima tambahan uang lembur jika mendapat perintah untuk lembur. “Rata-rata setiap bulan saya menerima gaji 2 juta,” kata lulusan SMK Kemadu Rembang tersebut.
Begitulah, meski belum beroperasi secara maksimal, pabrik semen Rembang telah menunjukkan komitmennya merekrut tenaga kerja lokal asal Rembang.
“Tentu jika nantinya kami sudah diperbolehkan menambang, bakal ada penambahan tenaga kerja lokal karena anak-anak perusahaan lainnya mulai masuk Rembang. Namun di sisi lain, kami justru optimis bahwa SDM Rembang bakal lebih banyak terserap di berbagai lapangan pekerjaan melalui program Pemberdayaan Masyarakat atau CSR yang kami gelontorkan, misalnya untuk pemberdayaan UMKM dan Industri Kreatif,” kata Heru Indra. (bhimo)