Jakarta, PMP – Petinju legendaris dunia Muhammad Ali ternyata pernah mampir ke McDonald’s Sarinah dan mentraktir sekitar 100-an pengunjung untuk sarapan bersama. Uang yang dibawa 130 US$ ternyata tak cukup untuk membayar harga total 180 US$.
Muhammad Ali yang meninggal dunia pada 3 Juni 2016 di usia 74 tahun, mampir ke McDonald’s Sarinah pada tahun 1996 saat berkunjung ke Indonesia untuk sebuah acara kemanusiaan.
Ali datang ke Indonesia pada 20 Oktober 1996 dan tinggal selama 8 hari. Pemilik nama asli Cassius Marcellus Clay Jr yang mengganti namanya menjadi Muhammad Ali setelah masuk Islam pada 1964 itu, sebelumnya sudah dua kali ke Indonesia, yakni tahun 1973 dan 1981.
Sedangkan McDonald’s Sarinah, merupakan gerai pertama McDonald’s Indonesia yang dibuka tahun 1991 dan ditutup pada Minggu, 10 Mei 2020.
Kisah Muhammad Ali traktir pengunjung McDonald’s Sarinah ini dipaparkan Yank Barry, sahabat Ali serta pendiri Global Village Foundation, kemudian ditulis Jackie Bigford untuk blog yayasan tersebut.
Pada sekitar pukul 07.00 pagi, Ali yang kelaparan mencari restoran yang tak jauh dari tempatnya menginap di Hotel Hilton. Bersama Yank Barry dan kawan-kawan, Ali kemudian mampir ke McDonald’s yang menempati salah satu sudut pusat perbelanjaan Sarinah di jalan Thamrin, Jakarta Pusat.
Kedatangan Ali yang pertama menjadi juara dunia kelas berat di usia 22 tahun tanpa bodyguard, tentu membuat histeris para pengunjung McDonald’s Sarinah. Ali memesan Egg Muffin dan kopi. Setelah Ali dan teman-temannya memesan makanan, petinju kelas berat dunia itu menawarkan orang-orang yang mengerumuninya agar ikut memesan makanan.
“Ayo sarapan! Saya yang traktir semua!” kata Ali setelah memastikan Barry membawa cukup uang.
Maka sekitar 100 orang pun ikut menemani Ali menikmati hidangan McDonald’s Sarinah. Ali memang begitu popular di Indonesia.
Persoalan sempat muncul ketika Barry harus membayar di kasir. Jumlah total yang harus dibayar 180 US$, sementara di sakunya hanya ada 130 US$. Barry pun terpaksa bergegas ke bank terdekat untuk menarik uang. Sedangkan Ali, tentu saja terus sibuk makan sembari melayani penggemarnya yang berebut menyapa, bersalaman, atau meminta tandatangan. (hps)