PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Wow

Ikhtiar Kelompok Santri Tani Milenial Cetak Santripreneur

KSTM
Kiai Amin (baju koko putih), Rizki Hamdani (berompi) dan para santri tani milenial.(bhimo)

Jombang, pmp – “llahi lastu lil firdausi ahla, wa la aqwa ala naril jahimi…,” senandung syair Al-I’tiraf terdengar lirih dari mulut Turmudzi (26), santri pondok pesantren salaf Fathul Ulum Jombang Jawa Timur, sembari membersihkan kandang bebek di areal pesantren pada Selasa pagi (8/12/2020).

Turmudzi yang asli Serang Banten itu beberapa kali melafazkan syair ulama Abu Nawas yang di kalangan santri akrab disebut Syi’ru Abi Nuwas. Al-I’tiraf sejatinya curhatan hamba kepada Sang Khalik yang merasa tak pantas masuk surga sebab berlumur dosa, sekaligus juga merasa tak bakal sanggup menahan panasnya api neraka.

Jarum jam belum genap menunjuk angka tujuh saat Turmudzi dan dua puluhan santri beraktivitas di kandang atau di lahan pertanian areal pesantren seluas 2,5 hektare.

Tur, begitu dia akrab disapa oleh Kiai dan santri lain, mengaku ditugasi memelihara 250 bebek pedaging, mulai dari kedatangan anakan bebek umur sehari atau day old duck hingga 42 hari kemudian saat pengepul langganan menjemput ke pesantren saat panen.

KSTM
Turmudzi mendapat bagi hasil 35% dari unit usaha bebek pedaging.(bhimo)

Santri-santri lain sibuk mengurus 30 kambing, 16 sapi potong, atau memberi makan berbagai jenis ikan seperti lele, patin, mujair dan nila yang dipelihara di 40 kolam bioflok atau kolam buatan beralas terpal berdiameter 4 meter dan kedalaman 1 meter. Ada pula yang menyiram tomat, cabe, terong, kol, bibit durian juga sengon.

Pesantren Fathul Ulum yang memiliki 275 santri putera dan puteri itu diasuh KH Ahmad Habibul Amin yang dipanggil Kiai Amin (45), terletak di Desa Puton, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, sekitar 8 kilometer arah selatan makam Gus Dur atau Presiden KH Abdurrahman Wahid di selatan Kota Santri.

Aktivitas di kandang atau ladang dilakukan para santri sejak pukul 05.00 WIB selepas rutinitas ‘Ngaji Kupas Tuntas’, sebutan mereka untuk belajar nahwu shorof atau kemampuan dasar mempelajari Kitab Kuning atau kitab tradisional yang wajib dikuasai santri di pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama (NU) yang berisi fiqh, aqidah, akhlaq, tata bahasa Arab, hadits, tafsir, serta ilmu Al Qur’an.

Sebelumnya para santri sudah wajib bangun pukul 03.00 untuk salat tahajud, kemudian salat sunah fajar dilanjutkan salat subuh berjamaah. Selepas aktivitas bertani dan pribadi, pada pukul 07.30 mereka sudah harus berjajar di halaman pesantren untuk apel pagi dan kemudian masuk ruang belajar pukul 08.30.

“Saya sangat suka beternak makanya ditugasi oleh Kiai merawat bebek. Dulu lama banget ditugasi urus kambing, sampai hafal gejala sakitnya atau saat kambing betina minta kawin saat birahi. Hahaha…,” kata Tur tergelak sembari menjelaskan dengan fasih bahwa tanda birahi kambing betina adalah 3A atau Abang, Aboh, Anget atau merah, bengkak dan hangat di bagian kemaluan.

KSTM
Rizki Hamdani diberi amanah Kiai Amin didik santri di bidang pertanian.(bhimo)

Munculnya Ide Santripreneur 

Aktivitas puluhan santri pada pagi yang tersaput mendung tipis itu didampingi Rizki Hamdani (34), petani dan wirausahawan pertanian asal Geulanggang Baro, Bireuen, bumi Serambi Mekah, yang telah hijrah dan menetap di Jombang sejak 2015, setelah hatinya tertambat santriwati cantik Silvia Nur Rohma saat dia mengantar saudara dari Jakarta membezuk anak yang mondok di Jombang.

Rizki yang kini memiliki tiga buah hati itu rutin datang ke Fathul Ulum. Maklum saja, dia diberi amanah Kiai Amin yang dikenalnya sejak 2016 untuk membantu mengelola dan sekaligus mendidik para santri agar piawai bertani, sekaligus mengajarkan manajemen usaha pertanian.

Amanah yang tentu disambut suka-cita Rizki yang mengaku terlanjur jatuh cinta pada pertanian.

“Saya miris melihat mayoritas petani kita berusia di atas 45 tahun karena generasi milenial menganggap pertanian tak menjanjikan penghasilan bagus. Padahal kita dianugerahi tanah subur dengan dua musim yang membuat Indonesia kaya tanaman pangan,” kata Rizki.

Maka wajar jika Rizki begitu bersemangat bersinggungan dengan para santri yang mayoritas usianya belasan atau dua puluh tahunan sehingga lebih mudah menanamkan cinta cocok tanam.

KSTM
Santriwati Fathul Ulum merawat sayuran.(dok FU)

Selain mengajarkan bertani hasil otodidak, Rizki yang alumni Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga memperkenalkan sistem pertanian terpadu atau integrated farming system kepada santri. Contohnya mengolah kotoran kambing atau sapi, plus sisa pakan, untuk dijadikan pupuk buat tanaman di lahan pesantren sehingga tak ada sampah terbuang sia-sia.

Kini pupuk kandang hasil santri Fathul Ulum dari 16 sapi dan 30 kambing tak hanya dimanfaatkan buat lahan pesantren, tapi juga dijual ke masyarakat. Menariknya, para santri yang terlibat proses pembuatan pupuk kandang, juga setiap keterlibatan mengurus ternak, ikan dan tanaman, mendapat bagi hasil 35% dari keuntungan yang didapat.

Pembuatan pupuk organik ini bahkan sangat mendukung kemandirian pesantren Fathul Ulum. Apalagi setelah mereka mendapat dukungan dan pembinaan dari Yayasan Bengkel Bumi Indonesia.

KSTM
Memberi makan ikan di kolam bioflok yang harga pembuatannya Rp 2 juta per kolam.(bhimo)

Pertemuan dengan Kiai Amin dianggap Rizki sebagai berkah karena mereka memiliki visi sama, melahirkan santri-santri yang memiliki skill kewirausahaan, sehingga begitu terjun ke masyarakat tak hanya menggantungkan hidup dari berdakwah laiknya santri yang hafal Kitab Kuning dan fasih ilmu agama.

Baca Juga :   Wonderful Indonesia Raih Best Creative Destination, Sisihkan 76 Destinasi Wisata Dunia

Keduanya pun sepakat bahwa Fathul Ulum harus menjadi laboratorium bagi para santri untuk menemukan dan mengasah gairah pertanian masing-masing, sehingga kelak bisa menjadi pengusaha mandiri yang justru mempekerjakan orang dan tidak mencari kerja. Selain itu pesantren juga harus memiliki usaha produktif agar para santri bisa memperoleh penghasilan dan tak bergantung kiriman orang tua.

“Kami kemudian menyebutnya sebagai santripreneur atau santri yang berjiwa pengusaha, pesantrenpreneur atau pesantren yang menjadi kekuatan ekonomi, kemudian menambahkan sosiopreneur untuk aktivitas ekonomi pesantren yang memberi manfaat masyarakat,” papar Rizki.

KSTM
Rizki Hamdani bersama Kiai Amin. Santripreneur atau santri yang berjiwa pengusaha.(bhiimo)

Lahirnya Kelompok Santri Tani Milenial

Saat ikhtiar Rizki yang didukung Kiai Amin menjadikan Fathul Ulum pilot project santripreneur dan pesantrenpreneur mulai menampakkan hasil karena usaha pesantren terus membesar, pada tahun 2019 beberapa pengasuh pesantren salaf lain mulai melirik.

Pesantren salaf adalah sebutan bagi pesantren tradisional yang hanya mengaji Kitab Kuning dan tidak mengajarkan mata pelajaran sekolah umum, laiknya pesantren modern yang memiliki Madarasah Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SMP) atau Aliyah (SMA).

Oleh sebab itu mayoritas pesantren salaf tak memiliki banyak santri seperti pesantren modern. Fathul Ulum sendiri merupakan pesantren salaf dengan santri paling banyak di Jombang yang memilki ratusan pesantren besar dan kecil.

Beberapa pengasuh pesantren salaf mendatangi Rizki, juga memohon Kiai Amin agar sudi membagi ilmu pesantrenpreneur dan santripreneur untuk diterapkan di pesantrennya.

“Saya bersyukur. Saya memohon Kiai Amin untuk sekalian mengajak kiai-kiai lain agar ikut menerapkan santripreneur dan pesantrenpreneur,” kata Rizki sembari meyakinkan Kiai Amin bahwa dia siap mendampingi pesantren-pesantren tersebut.

KSTM
Rizki raih SATU Indonesia Award 2020 dari PT Astra International Tbk.(bhimo)

Harapan Rizki terkabul. Kiai Amin sebagai pengurus Robithoh Ma’ahid Al-Islamiyah NU Jawa Timur bidang perekonomian dan kerja sama pesantren, tentu saja memiliki relasi kuat di antara pengasuh pesantren di Jombang.

Berkat pendekatan Kiai Amin, belasan kiai salaf menyatakan berminat dan bergabung. Rizki kemudian mengusulkan kepada Kiai Amin agar dibentuk wadah untuk memudahkan koordinasi, sekaligus bisa menjadi kelompok wirausaha sosial yang berbadan hukum.

“Maka lahirlah Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) pada akhir 2019 yang saat ini beranggotakan ratusan santri dari 20 pesantren salaf di Jombang,” kata Rizki berbinar.

Wajar jika Rizki yang didaulat menjadi Sekretaris KSTM gembira luar biasa karena impian melahirkan petani-petani muda andal semakin jelas di pelupuk mata.

“Kalau kebetulan para milenial itu kalangan santri, itu semata takdir Allah. Impian bisa berinteraksi dengan banyak anak muda diijabah Allah dengan mempertemukan saya dengan santri. Sebenarnya tugas saya justru lebih mudah karena para santri pasti menurut apa yang diperintah kiai untuk dipelajari,” tambah Rizki tersenyum.

Beberapa pesantren yang tergabung di KSTM di antaranya pesantren Al Falah Kecamatan Perak asuhan Kiai Nasichudin, pesantren Sunan Kalijogo Kecamatan Kesamben asuhan Kiai Nurul Zuhda, pesantren Fatahul Mubin Kecamatan Wonosalam asuhan Kiai Basuki, atau pesantren Al Idrisiyah Kecamatan Megaluh asuhan Kiai Hadiono.

Berkat ikhtiar melahirkan santripreneur dan pesantrenpreneur melalui KSTM yang kini beranggotakan sekitar 800 santri yang terbagi dalam 40 kelompok dari 20 pesantren salaf di Jombang itulah, pada 31 Oktober lalu Rizki meraih penghargaan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Award 2020 yang digelar PT Astra International Tbk.

Penghargaan SATU Indonesia Awards 2020 yang telah digelar untuk kesebelas kali itu diberikan kepada 11 generasi muda yang tak kenal lelah memberi kemaslahatan bagi masyarakat di berbagai penjuru tanah air.

Rizki menerima penghargaan untuk kategori lingkungan dari lima kategori, yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, teknologi, serta satu kategori untuk kelompok yang mewakili kelima bidang. Khusus tahun ini, Astra menambahkan kategori ‘apresiasi khusus’ buat para pejuang tanpa pamrih membantu mengatasi dampak pandemi COVID-19.

KSTM
Pondok Pesantren Fathul Ulum atau pembuka ilmu dirintis Kiai Amin sejak tahun 2006.(bhimo)

BUMP Wujud Pesantrenpreneur

Pesantren Fathul Ulum yang artinya pembuka ilmu itu dirintis Kiai Amin sejak tahun 2006 di atas lahan 500 meter persegi, setelah diperintah gurunya KH Abdul Hannan Ma’shum, pengasuh pesantren Fathul Ulum, Kwagean, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, di mana dia mondok dan mengajar selama 10 tahun.

“Kiai Hannan bahkan memberi nama pesantren saya ini sama seperti pesantren beliau,” kata Kiai Amin yang sebelumnya mondok di pesantren Al Muayyad Jember asuhan Kiai Sholehah, pesantren Ploso Kediri, kemudian pesantren Darussalam Trenggalek, sebelum akhirnya mondok berkhidmat ikut Kiai Hannan.

Sesuai namanya pembuka ilmu, Kiai Amin bercita-cita agar Fathul Ulum pesantrennya melahirkan santri-santri yang memiliki banyak ilmu, tak hanya Kitab Kuning tapi juga berbagai ilmu terapan.

Khoirunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah mereka yang memberi banyak manfaat bagi orang lain. Jadi tugas Fathul Ulum memberi pondasi agama yang kokoh bagi santri sembari transfer akhlaq, transfer perilaku, termasuk transfer keahlian berwirausaha sehingga kelak mereka benar-benar bisa memberi banyak anfa’ atau manfaat bagi masyarakat,” kata Kiai Amin.

Baca Juga :   Gratis Kunjungi Gedung De Javasche Bank Surabaya, Pernah Simpan 60 Ton Batangan Emas

Mengingat Jombang daerah agraris, maka bertani, beternak dan memelihara ikan air tawar, serta mengelola lingkungan menjadi pilihan Kiai Amin untuk mendidik para santrinya belajar berwirausaha.

Menurut Kiai Amin, dirinya mempercayakan pendampingan para santri, termasuk menjalankan program santripreneur dan pesantrenpreneur kepada Rizki Hamdani karena kapabel, jujur, serta istiqomah atau pantang menyerah.

“Dulu ada empat orang yang mendampingi kami. Mereka saya beri peluang sama, tapi hanya Rizki yang istiqomah. Maklum mengurus santri dan banyak orang secara sosial itu tak mudah. Jadi layak kalau perjuangan Rizki dianugerahi SATU Indonesia Award,” papar Kiai kelahiran Cepu Jateng itu.

KSTM
Santri harus menguasai berbagai keahlian terapan.(bhimo)

Strategi mencetak santripreneur dan pesantrenpreneur oleh Rizki dijabarkannya melalui Badan Usaha Milik Pesantren atau BUMP Fathul Ulum.

“Saya integasikan semuanya. Santripreneur itu wujudnya unit-unit usaha yang dikelola santri, seperti unit usaha bebek atau unit usaha sapi. Kemudian unit-unit usaha ini diwadahi dalam BUMP sebagai perwujudan pesantrenpreneur,” papar Rizki.

Menurut Rizki, kini BUMP Fathul Ulum telah memiliki aset ratusan juta dari berbagai unit usaha. Sebut saja perputaran modal unit bebek pedaging yang berkisar Rp 30 juta-Rp 50 juta hingga panen. Unit usaha sapi potong yang memiliki 16 sapi, di mana harga per ekornya sekitar Rp 15 juta atau total Rp 240 juta. Sementara 30 ekor kambing yang harga per ekor Rp 2,5 juta total Rp 75 juta. Itu belum termasuk nilai aset kandang dan peralatan. Belum lagi aset 40 kolam bioflok yang harga pembuatannya Rp 2 juta per kolam.

“Guna memotivasi santri agar semakin giat berwirausaha, BUMP menerapkan sistem bagi hasil buat santri yang mengelola unit usaha,” jelas Rizki sembari menyebut omset bulanan BUMP sekitar Rp 100 juta.

Pembagian keuntungannya 35% buat santri, 25% pesantren, 30% pemodal dan 10% sedekah buat masyarakat. “Pembagian 25% buat pesantren bukan untuk pribadi kiai, tapi buat kas pondok karena Kiai Amin menginginkan Fathul Ulum nantinya mandiri dan tidak bergantung pada sosok kiai,” jelas Rizki.

Sementara keberadaan pemodal yang mendapat bagian 30% juga sangat diperlukan untuk percepatan pertumbuhan setiap unit usaha. “Setelah santri belajar dan menguasai skill bertani atau beternak, BUMP membantu mencarikan pemodal untuk setiap unit usaha agar para santri makin termotivasi dan serius mengelola unit usahanya,” kata Rizki.

ikhtiar mencari pemodal ternyata mendapat respon positif. Salah satu pemodal yang ikut menanam uang di unit usaha bebek adalah anggota DPRD Jatim dari Fraksi PKB.

KSTM
BUMP (Badan Usaha Milik Pesantren) Fathul Ulum beromset sekitar Rp 100 juta per bulan.(bhimo)

Dukungan Astra International

Dukungan tak hanya datang dari personal. PT Astra International Tbk juga tergerak memberi dukungan melalui program kontribusi sosial berkelanjutan Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA) yang merupakan program corporate social responsibility (CSR) senilai Rp 200 juta di tahun 2018 dan Rp 100 juta setahun berikutnya.

“Alhamdulillah nilai Social Return on Investment (SROI) dari setiap satu rupiah dari Astra terus naik dan kini mencapai Rp 13,6. Pihak Astra tentu gembira meliihat perkembangannya,” papar Rizki sembari menjelaskan bahwa SROI dipergunakan untuk mengukur nilai sosial, lingkungan dan ekonomi.

Sebagai apresiasi, pihak Astra International memberi penghargaan pesantren Fathul Ulum sebagai Juara III KBANNOVATION 2019 yang bertajuk ‘Inovasi Kita, Inspirasi Negeri’ untuk kategori Desa Sejahtera Astra.

KSTM
Bantuan program pemerintah berupa bibit, pakan, pupuk, juga obat.(bhimo)

Sementara untuk kegiatan sosiopreneur Fathul Ulum dan KSTM, Rizki yang terus membangun hubungan baik dengan pihak Pemkab Jombang, termasuk Ibu Bupati Mundjidah Wahab, serta berbagai pihak lain, banyak mendapat bantuan program pemerintah berupa bibit, pakan, pupuk, atau obat.

Contohnya saat ini di areal pesantren Fathul Ulum terdapat 90 ribu bibit sengon hasil pembibitan santri yang bakal dibagikan gratis kepada masyarakat di tiga desa. Bantuan berasal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkat mediasi Ema Ummiyatul Chusna, anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, lingkungan hidup dan kehutanan, serta kelautan dan perikanan.

Melalui Ema yang kelahiran Jombang, KSTM mendapat bantuan program Kebun Bibit Rakyat senilai Rp 350 juta untuk pengadaan 210 ribu bibit sengon dan jati. Bantuan dibagi buat tujuh kelompok KSTM, di mana para santri di tujuh pesantren bertugas menyiapkan bibit-bibit tersebut, termasuk 90 ribu bibit sengon di Fathul Ulum tadi.

Tak hanya itu, Ema juga membantu KSTM mendapatkan program Unit Pengolahan Pupuk Organik senilai Rp 800 juta dari Kementan. Bantuan dibagi buat empat pesantren, tidak termasuk Fathul Ulum, untuk membuat kandang komunal, rumah kompos, alat pengolah pupuk organik, serta membeli sapi.

Baca Juga :   Harum dan Legitnya Cita Rasa Kopi Wonosalam

“Saya sangat mengapresiasi dan mendukung ikhtiar KSTM dan Rizki mencetak santripreneur dan pesantrenpreneur. Secara bertahap bantuan-bantuan buat KSTM dan pesantren sudah kami berikan di tahun 2020 ini melalui program Kementan, KLHK, serta KKP sebagai mitra kerja Komisi IV,” kata Ema yang berasal dari Fraksi PPP dapil Jombang, Mojokerto, Nganjuk dan Madiun, pada Jumat (11/12/2020).

KSTM
Ema Ummiyatul Chusna, Bupati Mundjidah Wahab dan Rizki.(dok pribadi Rizki)

Sebenarnya bisa dipahami jika dukungan berdatangan karena semakin banyak pihak menyadari kekuatan pesantren di seluruh Indonesia, yang menurut Menteri Agama Fachrul Razi, mencapai 28.194 pesantren dengan 18 juta santri pada awal 2020.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU, tentu juga sangat menyadari potensi besar pesantren di wilayahnya sehingga menggulirkan program One Pesantren One Product atau OPOP sejak menjabat pada September 2018.

Menurut Khofifah, keberadaan sekitar 6.000 pesantren di Jatim merupakan kekuatan ekonomi yang luar biasa jika potensi ekonomi mereka dibangkitkan. OPOP merupakan revitalisasi Nahdhatut Tujjar atau ‘kebangkitan para pedagang’ atau pengusaha yang merupakan gagasan para ulama sebelum mendirikan NU di tahun 1926.

OPOP yang memiliki tiga pilar yakni santripreneur, pesantrenpreneur dan sosiopreneur, menargetkan muncul 1.000 produk unggulan dari 1.000 pesantren atau seperenam dari 6.000 pesantren, sehingga bakal mendorong percepatan ekonomi Jatim berbasis pesantren.

Sementara Bupati Jombang Mundjidah Wahab mengaku sangat bangga dengan semangat KSTM mencetak santripreneur-santripreneur andal karena sejatinya pesantren memang tidak sekedar tempat belajar agama.

Menurut Mundjidah, KSTM telah mendukung program Kabupaten Jombang yakni Pesantren Mandiri, sehingga ke depan KSTM bisa digandengkan dengan seluruh pesantren.

“KSTM harus dikembangkan di Jombang sehingga pesantren-pesantren bisa menjadi pesantren mandiri. Apalagi KSTM ini sejalan dengan program Ibu Gubernur Khofifah yang bertekad membangkitkan ekonomi pesantren di Jatim melalui OPOP sehingga bisa disinergikan,” kata Mundjidah, pada Minggu (13/12/2020).

Bupati punya pesan khusus buat Rizki Hamdani. “Selamat buat Rizki atas penghargaan SATU Indonesia Award 2020 yang diberikan Astra International. Rizki saya kenal sebagai pemuda yang penuh inovasi, juga pekerja cerdas dan keras. Semoga terus istiqomah membangun kemandirian pesantren dan mencetak santripreneur,” kata Mundjidah yang berinisiatif membuatkan badan hukum buat KSTM.

KSTM
Kekuatan ekonomi pesantren dibangun melalui pesantrenpreneur.(bhimo)

Santri dapat Beasiswa Kuliah

Meski BUMP Fathul Ulum terus berkembang dan menjadi percontohan bagi 19 pesantren lain anggota KSTM, Kiai Amin menegaskan bahwa tujuan BUMP bukan sekedar mencari keuntungan, tapi lebih utama mencetak santripreneur andal.

Kiai Amin agaknya tertantang untuk mengangkat pesantren-pesantren salaf yang masih dipandang mayoritas masyarakat sebagai pesantren kelas dua karena tak memiliki pendidikan umum formal.

“Masih sangat banyak masyarakat yang memilih pesantren modern buat pendidikan anak-anaknya. Melalui santripreneur dan pesantrenpreneur ini saya ingin menunjukkan bahwa pesantren salaf juga sangat layak jadi pertimbangan. Toh kalau hanya soal ijazah SD, SMP atau SMA, santri tetap bisa memperolehnya dari program kejar atau pendidikan kesetaraan,” kata Kiai Amin.

Keteguhan Kiai Amin dan kegigihan Rizki terbayar saat dua universitas di Jombang tertarik penerapan santripreneur dan kemudian memberi beasiswa bagi 21 santri Fathul Ulum untuk kuliah di fakultas pertanian. Sebanyak 15 santri, tujuh di antaranya santriwati, telah kuliah di Program Studi Teknologi Pertanian Universitas KH Wahab Hasbullah (Unwaha), sementara enam santri di Program Studi Agribisnis Universitas Darul ‘Ulum (Undar).

Ahmad Bahaudin (20), salah satu santri yang menjadi mahasiswa baru Undar, mengaku sangat senang bisa kuliah. Apalagi  selama ini dia sudah mandiri dan tak lagi meminta kiriman orang tua di Banjarnegara Jateng berkat aktivitasnya mengelola unit usaha BUMP.

KSTM
Baha jadi mahasiswa baru Universitas Darul ‘Ulum Jombang.(bhimo)

Menurut Baha, panggilan akrabnya, biaya hidupnya sebulan di pesantren sekitar Rp 300 ribu. Sebesar Rp 50 ribu untuk biaya belajar dan mondok, sisanya buat makan dan membeli berbagai keperluan seperti sabun dan odol.

“Melalui unit usaha di BUMP, saya dan teman-teman seperti Turmudzi, rata-rata sebulan bisa mendapat bagi hasil Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta tergantung hasil panen dan kondisi pasar. Alhamdulillah saya tabung dan bisa dipergunakan jika di kampus harus foto kopi,” katanya tersenyum lebar.

KSTM
Santriwati dan hasil panen. Tujuh santriwati dapat beasiswa kuliah di Unwaha.(dok FU)

Lalu apa cita-cita Baha jika nanti jadi sarjana pertanian?

“Saya mau jadi petani berdasi. Saya mau jadi petani sukses. Saya mau membuktikan bahwa santri juga bisa sukses jadi petani,” katanya sembari menunjuk kaos bergambar karikatur Petani Indonesia berjas, berdasi, memanggul pacul, yang dipakai Turmudzi yang duduk di depannya bersama beberapa santri lain.

Tawa para santri tani milenial pun pecah berderai, menambah hangatnya lahan pertanian pesantren yang mulai disapa sinar matahari. Tawa penuh semangat majukan Indonesia, sekaligus menyongsong masa depan gemilang menggeluti hasil bumi ibu pertiwi.(kukuh bhimo nugroho)