PenaMerahPutih.com
HeadlineIndeksSehat CantikTren

Laboratorium ITS Perkenalkan Sensor Serat Optik Pendeteksi Lemak Babi

Ika Puspita sensor serat optik pendeteksi kandungan lemak babi. (lenteratoday.com)
Ika Puspita ST MSc, mahasiswa S-3 Teknik Fisika ITS, mengembangkan sensor serat optik pendeteksi kandungan lemak babi. (lenteratoday.com)

Surabaya, pmp – Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS kenalkan sensor serat optik pendeteksi kandungan lemak babi dalam sebuah produk makanan. Sensor serat optik bekerja lebih cepat dan akurat dibandingkan sensor lain.

“Hal paling utama, sensor serat optik dapat mendeteksi kandungan minyak babi dalam minyak nabati yang belum mampu dilakukan sensor sebelumnya,” kata Ika Puspita ST MSc, mahasiswa S-3 asisten peneilitian yang mengembangkan sensor serat optik pendeteksi kandungan babi.

Penelitian dan pengembangan sensor serat optik dilakukan di Laboratorium Rekayasa Fotonika, Departemen Teknik Fisika, Fakultas Teknik Industri dan Rekayasa Sistem (FTIRS) ITS.

Ika dalam disertasinya, menyebut beberapa keunggulan sensor ini, yakni tidak butuh perlakuan khusus terhadap sampel, biaya produksi murah, kompatibel dan tahan terhadap interferensi elektromagnetik.

Baca Juga :   ITS Vaksinasi Sivitas dan Alumni, Total 6.000 Dosis Sinovac

“Sifat serat optik yang mudah difabrikasi juga memudahkan perkembangan penelitian yang masih digali hingga saat ini,” katanya.

Ika menjelaskan, serat optik merupakan perangkat yang bekerja dengan hukum pembiasan cahaya. Struktur serat optik yang banyak digunakan untuk keperluan telekomunikasi dibentuk dengan sangat rapat.

“Namun untuk mengubahnya menjadi sensor, struktur serat optik direkayasa agar cahaya dapat berinteraksi dengan sampel makanan,” paparnya.

Ada bagian tertentu serat optik yang dimodifikasi sehingga cahaya yang lewat akan tereksitasi atau mengalami kebocoran untuk berinteraksi dengan sampel. Modifikasi struktur serat optik bisa dilakukan dengan memberi lekukan, mereduksi ukuran, atau menggabung serat optik satu mode dengan serat optik dua mode.

Baca Juga :   Bantu Atasi Krisis Oksigen, ITS Inovasi OXITS yang Mampu Hasilkan Oksigen Murni 95,5%

“Ketika cahaya terganggu oleh sampel, sifat cahaya mengalami perubahan,” tambah Ika.

Menurut Ika, Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS masih menganalisis dan mengkarakterisasi berbagai bentuk modifikasi serat optik yang memungkinkan, seperti U-bend, taper dan MSM.

Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS pernah menguji sampel berupa minyak zaitun yang ditetesi minyak babi, hasilnya semakin banyak minyak babi yang diteteskan, semakin berkurang pula intensitas dan spektrum cahaya yang dihasilkan pada titik akhir.

Ika menyadari ada banyak hal yang mempengaruhi proses pengidentifikasian sampel, di antaranya temperatur dari sampel dan kompleksitas dari jenis sampel yang diidentifikasi.

“Sejauh ini masih belum dapat dikatakan apa yang menjadi tolak ukur penilaian sampel positif dan sampel negatif karena masih perlu dikaji lebih dalam,” ungkapnya.

Baca Juga :   Banana Ciptaan Doktor ITS Mudahkan Siswa Belajar Matematika Saat Pandemi COVID-19

Guna pemanfaatan lebih besar, Ika menuturkan bahwa pengembangan teknologi sensor serat optik masih terus dilakukan di Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS.

“Kami tim peneliti sensor serat optic mengupayakan memaksimalkan pemanfaatan teknologi sensor optik ini agar mendatangkan manfaat dalam berbagai bidang,” tandasnya optimistis.(els)