PenaMerahPutih.com
Ekbis Headline Indeks Makro

Capacity Building TPID Jatim : Belajar Korporatisasi dari BUMD DKI Jakarta

BI Jatim
BUMD di Jatim harus bisa menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) melalui pengembangan lini bisnis.(Humas BI Jatim)

Surabaya, pmp – Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur menggelar capacity building bagi 150 peserta anggota TPID Jatim dan anggota TPID 38 kabupaten dan kota bertema ‘Korporatisasi BUMD Mendorong Kerjasama Perdagangan Antar Daerah’ guna merumuskan rekomendasi kebijakan perdagangan antar daerah

Kegiatan capacity building yang digelar setiap triwulan dibuka oleh Asisten II Perekonomian Jatim Timur Jumadi dan Harmanta selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Kamis (1/7/2021).

Tampil sebagai nara sumber diskusi adalah Ferry Irawan Asisten Deputi Kemenko Perekonomian dan Pamrihadi Wiraryo Direktur PT Food Station yang merupakan BUMD milik Pemprov DKI Jakarta.

Ferry Irawan menyampaikan bahwa deflasi Jawa Timur dan nasional diperkirakan disebabkan oleh normalisasi harga pasca HBKN dan memasuki periode masa panen komoditas hortikultura.

Baca Juga :   Kenang Perjuangan Mastrip, Bank Indonesia Mengajar di SMPN 3 Bojonegoro

Ferry memberi rekomendasi program yang bisa dilaksanakan TPID Jatim untuk mengatasi permasalahan pasokan yang melimpah, khususnya cabai rawit.

“Jatim dapat melakukan perdagangan daerah dengan daerah yang defisit cabai merah seperti DKI Jakarta, Banten, Riau, Sumsel, atau Lampung dengan memanfaatkan fasilitas kementerian terkait seperti tol laut maupun subsidi biaya kirim. Tentu saja melalui peran BUMD,”  papar Ferry.

Sementara Pamrihadi Wiraryo berharap BUMD di Jatim harus bisa menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) melalui pengembangan lini bisnis.

PT Food Station yang sebelumnya hanya berperan sebagai penyewa kios pasar induk pada tahun 2016, kini telah bertransformasi menjadi pusat informasi beras, memproduksi beras dan masuk ke pasar modern.

Baca Juga :   Melambat, Ekonomi Indonesia Triwulan I/2020 Tumbuh 2,97%

“BUMD perlu memperjelas model bisnisnya. BUMD tidak boleh hanya sebagai medioker atau hanya membeli hasil petani dan menjual kepada pelanggan. Harus ada added value di dalamnya,” katanya.

Setelah sesi tanya jawab, Harmanta mengajak TPID Provinsi dan TPID Kabupaten atau Kota se-Jawa Timur untuk meninjau kembali BUMD di daerah masing-masing, serta dapat mereplikasi strategi PT Food Station yang mentransformasi BUMD menjadi ujung tombak TPID dalam menjalankan program kerjasama antar daerah demi mencapai kestabilan inflasi di Jawa Timur.(hps)