PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Spotlight

Anjala Adadikam: Papua Pisah, Janganlah Saya Sangat Menyayangi Indonesia

Anjala Adadikam (17), calon mahasiswi Geologi Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat, peserta pelatihan Bela Negara.

Bogor, penamerahputih.comWajah ceria dan penuh percaya diri terpancar dari 1.031 remaja asal Papua yang semuanya merupakan calon mahasiswa-mahasiswi baru di berbagai universitas negeri di Indonesia. Mereka putra-putri berprestasi di Bumi Cendrawasih yang sedang mengikuti pelatihan Bela Negara di Pusat Pendidikan dan Latihan Bela Negara – Kementerian Pertahanan (Kemhan), di Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Rata-rata usia mereka antara 17 tahun dan 18 tahun. Selema seminggu, sejak Selasa (18/7/2017) hingga Senin (24/7/2017), mereka diberi berbagai materi tentang kedisiplinan, kejujuran, saling hormat-menghormati, dan tentu saja kecintaan terhadap negara Indonesia.

Para calon mahasiswa baru ini mengikuti kegiatan Diklat Kader Muda Bela Negara bagi Orang Asli Papua (OAP) dan terpilih melalui program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) Kemenristek Dikti dan Kemhan. Tujuannya menjaring putra-putri berprestasi di Papua agar nantinya memiliki pendidikan dan keterampilan tinggi untuk membangun tanah kelahirannya.

Peserta pelatihan Bela Negara menampilkan tarian khas kebanggan Papua.

Pada Rabu (19/7/2017), Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menemui mereka untuk memberi wawasan dan bertanya jawab langsung dengan para peserta. “Kalian adalah calon pemimpin di Papua dan bahkan negeri ini. Berbuatlah yang terbaik untuk Papua dan negara yang sama-sama kita cintai ini,” pesan Menhan.

Anjala Adadikam (17), Ruben Ary Kamarea (18) dan Ludia Wallery Wakris (18) memaparkan perjalanan mereka hingga lolos ke perguruan tinggi negeri dan mengikuti pelatihan Bela Negara.

Anjala yang segera belajar di Fakultas Geologi Pertambangan, Universitas Lambung Mangkurat, merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ayah dan ibunya berprofesi sebaga kepala sekolah dan guru di Kabupaten Sarmi, Papua.

Sedangkan Ruben yang berasal dari Desa Warari, Kecamatan Yapen Selatan, Kabupaten Kepulauan Yapen, memilih Fakultas Perikanan jurusan  Budidaya Perairan dan Perikananan, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. “Karena daerah asal saya, dikenal sebagai daerah laut. Penghasilan utama penduduknya dari laut seperti ikan. Saya ingin membangun daerah saya,” ujarnya kepada penamerahputih.com.

Adapun Ludia Wallery Wakris (18), beruntung bakal belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, Menado. Ludia yang kelahiran Biak dan besar di Timika itu, mengaku ingin menjadi pegawai kantor pajak. Berikut wawancara dengan Anjala, Ruben dan Ludia:

Anjala Adadikam

Baca Juga :   Jurus ‘Gebuk’ Presiden Jokowi dan ‘Pengusiran’ Menhan Ryamizard

Bagaimana bisa ikut pelatihan Bela Negara?

Saya lahir di Jayapura. Anak ketiga dari lima bersaudara. Orang tua menjadi guru PNS di Sarmi. Bapak kepala sekolah, ibu guru fisika. Saya calon mahasiswi Fakultas Geologi Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat Kalsel. Sebelumnya lulus SMAN 3 Kediri Jawa Timur dan SMPN I Atap Ponggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.

Kenapa pilih Fakultas Geologi Pertambangan?

Tanah kami di Papua kaya akan emas, sehingga nanti saya bisa ikut kelola kekayaan di Papua.

Mengapa menempuh SMA di Kediri Jawa Timur?

Saya awalnya siswa ADEM (Akademi Afirmasi – program penjaringan siswa berbakat lulusan SMP untuk masuk SMAN berkualitas di Pulau Jawa). Dan sekarang, saya menjadi siswa berprestasi ADIK dan bisa lolos ke Unlam. Pada pelatihan ini ada 12 siswa dari Sarmi. Ada yang masuk UI atau Unsrat Manado.

Baca Juga :   Menhan Sebut Intelijen AS Prediksi Indonesia Bakal Pecah Pascareformasi

Bagaimana kesan mengikuti pelatihan ini?

Senang sekali. Kami dilatih banyak hal. Ini pengalaman pertama. Saya berharap bisa lebih baik ke depan. Lebih tegas, disiplin dan tertata.

Bagaimana perasaanmu terhadap negara Indonesia?

Saya bangga sekali menjadi anak Indonesia. Cita-cita saya adalah membangun Papua.

Kalau ada yang menginginkan Papua lepas dari Indonesia?

Papua pisah, ohh.., janganlah karena saya sangat menyayangi Indonesia.(*)

Ruben Ary Kamarea

Bisa ceritakan perjalanan hingga mengikuti pelatihan Bela Negara?

Saya tinggal di Desa Warari, Kecamatan Yapen Selatan, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Begitu lulus SMPN I Serui Kepulauan Yapen, saya mengikuti program ADEM dan masuk ke SMAN II Mejayan, Madiun. Saat ini mengikuti program ADIK untuk masuk perguruan tinggi negeri. Diterima di Fakultas Perikanan jurusan Budidaya Perairan dan Perikananan, Univesitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Kenapa pilih Fakultas Perikanan?

Karena daerah asal saya dikenal sebagai daerah laut. Penghasilan utama penduduknya dari laut seperti ikan. Saya ingin membangun tanah kelahiran dan bercita-cita menjadi sarjana perikanan.

Bagaimana kesan mengiktui pelatihan Bela Negara?

Sangat senang. Kami dilatih menjadi anak-anak yang wajib bela negara. Kegiatan ini sangat membantu kami untuk menjadi tertib dan cinta kepada negara. Tentu kami nanti akan ikut mendukung agar negara ini menjadi lebih baik tanpa membedakan ras atau suku.

Baca Juga :   Pelatihan Bela Negara Harus dalam Bingkai Konsepsi ‘Perang Modern’ Jenderal Ryamizard

Seberapa besar rasa cintamu terhadap NKRI?

Rasa cinta saya sebesar dan seluas negara Indonesia. Bagi saya NKRI harga mati. Kalau ada yang ingin Papua berdiri sendiri, mereka harus diberi pemahaman dan tidak terpengaruh oleh hasutan orang luar.  (*)

Ludia Wallery Wakris

Bakal kuliah di mana?

Saya calon mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, Menado.

Kenapa pilih FE?

Setelah lulus SMA di Timika, saya ingin kerja di kantor pajak karena teman bapak bekerja di kantor pajak. Saya ingin seperti dia. Saya termotivasi karena dia banyak cerita soal pekerjaaannya di Kantor Pajak.  Saya tentunya ingin bekerja di Kantor Pajak Timika.

Kesan ikuti pelatihan Bela Negara?

Begitu banyak pelajaran yang saya terima untuk masa depan. Kita mendapat pelatihan yang begitu tegas. Kita dididik untuk menjadi pemuda yang cinta tanah air.

Bagaimana kecintaanmu terhadap NKRI?

NKRI seratus persen buat saya. Negara ini terlalu indah, terlalu kaya, terlalu luar biasa. Di negara ini juga tidak ada sekat-sekat dalam berbangsa, meski terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Berbeda-beda tetapi tetap satu.

Kalau ada pihak yang menginginkan Papua lepas dari Indonesia?

Bagi saya tidak perlu. Kita sangat jauh lebih baik jika bersatu. Semoga Papua terus menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.(bhimo)