PenaMerahPutih.com
HeadlineIndeksPolkam

Saling Tuding Tak Serius Perangi COVID-19, Ketegangan AS-China Memanas

Pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada November 2017 (Foto: Reuters)

 Jakarta, PMP –  Ketegangan Amerika Serikat dan China kembali memanas selama pertemuan di Dewan Keamanan (DK) PBB menyoal  operasi bantuan kemanusiaan di Suriah pada Selasa (19/5/2020). Perwakilan kedua negara adu argumen soal kepemimpinan global terkait penanggulangan COVID-19.

Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft meminta China membuktikan klaim kepemimpinan globalnya dalam memerangi COVID-19. Yakni dengan mendukung resolusi yang memungkinkan PBB memerangi pandemi dengan mengirimkan bantuan lintas negara ke Suriah untuk menyelamatkan warga.

Menanggapi hal itu, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jung mengatakan, Beijing mendesak AS untuk fokus pada upaya global memerangi virus.

“Berhenti bermain politik dan benar-benar fokus pada penyelamatan nyawa dan berhenti mengalihkan tanggung-jawab sendiri kepada negara lain,” kata Zhang Jung sebagaimana laporan Reuters yang dikutip Antara.

AS justru membalas dengan mempertanyakan keterbukaan China mengenai pandemi COVID-19.

Baca Juga :   Pemprov Jatim, TNI dan Polri Pantau Kesiapan PPKM Mikro di Surabaya

Seperti diketahui, bulan lalu Washington menangguhkan dana untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan menuduh badan kesehatan PBB itu mempromosikan disinformasi China. WHO membantah dan China mengatakan bahwa apa yang disampaikannya sudah transparan.

Pertikaian kedua negara yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB telah menghalangi upaya berbulan-bulan badan tersebut untuk menyetujui resolusi yang mendukung seruan Sekjen PBB Antonio Guterres.

Sekjen PBB menyerukan kepada dunia untuk melakukan gencatan senjata global agar dapat fokus melawan pandemi COVID-19, karena virus telah menginfeksi lebih dari 4,8 juta orang dan memakan 319.000 jiwa.

Pada pertemuan itu, Kepala Bantuan PBB Mark Lowcock mengimbau dewan untuk memperbarui otorisasi bagi pengiriman bantuan melalui dua perbatasan negara dari Turki. Dia menggambarkan akses itu sebagai jalur kehidupan bagi jutaan warga sipil. (gdn)