Makassar, PMP – Elektabilitas pasangan calon nomor 3 Prof Andalan justru semakin melejit setelah para lawan politiknya semakin gencar menyerang dengan kampanye hitam atau kabar hoax. Berdasarkan survei terbaru Laboratorium Ilmu Politik (IPO) UIN Alauddin Makassar, tingkat elektabilitas Prof Andalan justru melenting menjadi 33,82 persen di Pilkada Sulsel 2018.
Kabar hoax terbaru yang menghantam Prof Nurdin Abdullah tersebar di Makassar dan Sulsel pada Kamis sore (12/4/2018), melalui SMS Blast atau layanan pengiriman SMS secara broadcast atau massal melalui website dengan menggunakan pengiriman secara random atau acak.
Kabar yang dikirim melalui nomor ponsel 0813-3005-0000 itu berbunyi, ”Assalamu Alaikum. mohon Doa bagi Bpk Prof Nurdin Abdullah yg akan jalani Chemotherapi karna sakit kanker akut…. agar tetap bugar berkampanye ditengah-tengah kita dan terpilih sebagi Gubernur Sulsel. amin”
Meski kabar tersebut seolah bernada positif karena mendoakan agar Prof Nurdin Abdullah tetap bugar, namun isinya tentu saja bertujuan menyudutkan dan meyakinkan masyarakat bahwa Prof Nurdin Abdullah dalam keadaan sakit. Pengirim SMS hoax terlihat sengaja mengesankan bahwa kabar via SMS tersebut seolah-olah disebar oleh Tim Kampanye Prof Andalan untuk kalangan internal.
Padahal faktanya, saat SMS Blast tersebut beredar luas, Prof Nurdin Abdullah sedang berada di Batam untuk melakukan sosialiasi rencana penyelenggaraan APKASI Otonomi Expo 2018. Sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemerintah Kabupaten Se-Indonesia (APKASI), Bupati Bantaeng itu memaparkan rencana APKASI Otonomi EXPO 2018 yang akan digelar 6-8 Juli, di International Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai, Tangerang.
APKASI Otonomi EXPO merupakan promosi potensi perdagangan, pariwisata dan investasi. Berita dan foto Prof Nurdin Abdullah saat sosialisasi di Batam justru dimuat dan tersebar di berbagai media nasional.
Tak hanya melalui SMS Blast, kampanye hitam yang dibuat pihak lawan juga muncul di berbagai media sosial dalam berbagai bentuk dan dibuat oleh orang-orang yang memiliki skill. Sebut saja berita, meme internet, atau bahkan video. Berbagai isu untuk menyudutkan Prof Andalan coba diangkat. Tujuannya hanya satu, menurunkan simpati dan dukungan masyarakat terhadap paslon nomor 3.
Gencarnya berita hoax atau kampanye hitam (black campaign) terhadap Prof Andalan menjadi perhatian Jayadi Nas, pengamat politik asal Universitas Hasanuddin. Menurutnya, serangan kampanye hitam yang begitu besar dan bertubi justru menunjukkan Prof Andalan punya dukungan yang sangat kuat dari masyarakat.
“Indikasinya menunjukan bahwa Prof Andalan merupakan salah satu kontestan yang sangat mendapatkan simpati di tengah masyarakat. Sehingga untuk merusak simpati itu, berbagai cara dilakukan oleh para lawan. Salah satunya kampanye hitam. Apalagi dalam berbagai survei pasangan Prof Andalan selalu mengungguli pasangan lain,” kata Jayadi Nas, di Makassar, pekan lalu.
Masih menurut Jayadi, serangan kampanye hitam ternyata sama sekali tidak mempan bagi pasangan Prof Andalan. Bahkan sebaliknya, dukungan terhadap Prof Andalan justru semakin meningkat.
“Munculnya serangan balck campaign atau hoax justru membuat masyarakat semakin meyakini bahwa Prof Andalan sedang dizalimi lawan-lawannya. Itu justru bisa menjadi keuntungan buat Prof Andalan karena semakin banyak masyarakat yang bersimpati terhadap pasangan Prof Andalan,” tambah Jayadi.
Psikologi politik rakyat Indonesia pada umumnya, justru akan memihak dan bersimpati kepada sosok yang ditindas atau dilemahkan oleh penguasa atau pihak-pihak lain secara masif.
Jayadi pun berpesan agar Pilkada Sulsel 2018 tak membuat pihak-pihak tertentu yang haus kekuasaan melegalkan berbagai cara demi meraih kemenangan. “Biarlah masyarakat berpikir jernih dengan proses demokrasi ini, tanpa ada gangguan yang sifatnya memprovokasi,” harapnya.
Baca juga : Perang Prof Nurdin Abdullah vs Kakak Beradik Yasin Limpo di Pilgub Sulsel
Elektabilitas Tertinggi versi IPO
Apa yang disampaikan oleh Jayadi Nas bahwa kampanye hitam justru menguntungkan Prof Andalan, agaknya terbukti apabila menyimak hasil survei paling mutakhir terkait Pilkada Sulsel yang diumumkan pada Kamis siang tadi (12/4/2018). Survei dilakukan oleh Laboratorium Ilmu Politik (IPO) UIN Alauddin Makassar.
Tingkat elektabilitas paslon nomor 3 Prof Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan) tertinggi dengan perolehan 33,82 persen. Tingkat elektabilitas versi IPO ini naik dibandingkan survei Populi Center yang dirilis 1 Februari 2018, di mana Prof Andalan juga tertinggi dengan 32 persen.
Berdasar survei IPO UIN Alauddin, jauh di bawah Prof Andalan muncul paslon nomor 1 Nurdin Halid- Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) dengan raihan 13,87 persen. Setelah itu paslon nomor 4 Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) di angka 11,13 persen. Dan paling buncit, paslon nomor 2 Agus Arifin Numang-Tanribali Lamo (Agus-TBL) dengan 2,52 persen.
“Jadi hasil survei elektabilitas di atas, memuat pertanyaan yang dilakukan secara tiba tiba atau out of mind. Hasilnya, pasangan Prof Andalan masih memimpin secara elektabilitas dengan hasil survei sebesar 33,82 persen,” papar Reski Reskianti, pembimbing survei dari Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar, pada Kamis (12/4/2018).
Menurut Reski, survei dilakukan sejak Januari hingga Maret 2018. Metode penelitian menggunakan simple rundown sampling yang mewawancarai koresponden sebanyak 474 orang.
Meski dilakukan di UIN, menurut Reski, hasil survei tersebut bisa memberi gambaran kepada masyarakat bagaimana peta dukungan paling mutakhir terhadap empat paslon yang bersaing di Pilkada Sulsel 2018.(bhimo)