Jakarta, PMP – Pada Natal dua tahun lalu, Rocco terserang stroke di usianya yang baru 3 tahun. Bocah TK yang tinggal di Bexhill, sebuah kota di sebelah tenggara London itu, awalnya didiagnosa dokter menderita infeksi telinga bagian dalam.
Rocco terjatuh di sekolah setelah liburan Natal. Lewis, ayah Rocco, yang pertama kali melihatnya terjatuh, awalnya hanya menganggap hal wajar laiknya anak seusianya.
“Namun saat anak-anak sedang mendengar cerita, Rocco tiba-tiba roboh ke samping dan sesaat kehilangan kesadaran. Gurunya tanggap dan segera memanggil kami. Saat itu tidak ada yang menganggap Rocco terserang stroke karena usianya baru 3 tahun,” kata Katie Stanley, ibunda Rocco.
Lewis dan Katie segera membawa Rocco ke rumah sakit. “Dokter mengatakan Rocco menderita infeksi telinga tengah dan menyuruh kami pulang. Mereka memberinya antibiotik,” kata Katie.
Tak Bisa Kenali Kakek
Namun sesampai di rumah, Rocco berperilaku aneh. Berbagai pertanyaan yang diajukan Lewis maupun Katie hanya dijawab, “Aku tidak tahu.”
Rocco bahkan tak lagi mengenali mainan favoritnya. Bahkan saat sang kakek datang ke rumah, dia juga tak mengenalinya.
“Siapa itu?” tanya Ketie kepada Rocco sembari menuding kakeknya. Lagi-lagi Rocco menjawab tidak tahu.
Katie pun mulai panik. “Saya tidak tahu itu stroke. Saya hanya tahu telah terjadi sesuatu yang mengerikan pada diri Rocco,” katanya.
Katie dan Lewis segera membawa kembali Rocco ke rumah sakit yang memvonis infeksi telinga. “Kami memohon para dokter untuk menganggapnya lebih serius,” kata Katie.
Maka Rocco pun mulai menjalani berbagai pemeriksaan intensif. Mulai dari CT scan, tes darah, hingga MRI (magnetic resonance imaging) atau pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio.
“Setelah lima hari, akhirnya keluar hasil MRI. Kami pikir akan mendapatkan hasilnya dan diperbolehkan pulang. Tapi dokter ternyata berkata, kami benar-benar minta maaf karena Rocco menderita stroke,” papar Katie.
Katie dan Lewis hanya ternganga. “Rasanya seperti sebuah bom jatuh ke kehidupan kami,” kenang Katie.
Rocco segera dipindah ke rumah sakit London Evelina Children. Dia menjalani pemindaian perut, pemindaian ginjal, dan tiga pemindaian MRI di bagian anestesi umum.
“Namun mereka tidak pernah tahu apa yang menyebabkan strokenya Rocco,” kata Katie.
Setelah diperbolehkan pulang, Rocco tetap harus menjlani fisioterapi, juga terapi bicara dan bahasa. Masalahnya, Rocco sempat trauma dengan rumah sakit.
“Rocco menjadi sangat cemas tentang rumah sakit. Dia punya banyak janji bertemu dokter atau terapis. Tapi setiap kali kita berkendara di dekat rumah sakit, dia mulai berkata,Tidak! Tidak! Tidak!” kenang Katie.
Untunglah kini kondisi Rocco sudah 90 persen. “Dia berada di bawah perawatan dokter yang luar biasa di Rumah Sakit Anak Evelina London dan kami telah mendapat dukungan dari Childhood Stroke Project selama proses penyembuhan.
Saat memasuki bulan Desember seperti saat ini, Katie selalu teringat kenangan dua tahun lalu saat Rocco menderita stroke setelah liburan Natal. “Kami mencoba membuat Natal istimewa dan merencanakan hal-hal baik untuk membuat kenangan Natal yang lebih bahagia untuk Rocco dan saudara-saudaranya,” papar Katie.
Katie dan keluarga saat ini ikut berbagai kegiatan sosial bagi penderita stroke. Bahkan Chloe, adik Katie, mengikuti lari London Marathon untuk menggalang dana bagi Stroke Association.(gdn)