Jakarta, pmp – Penelitian terbaru menemukan fakta bahwa minum teh hijau minimal tiga kali dalam seminggu bisa mengurangi risiko terkena serangan jantung dan stroke hingga 25%. Zat antioksidan dalam teh hijau membantu melindungi jantung dan menjaga kesehatan tubuh.
Penelitian tentang konsumsi teh dan dampaknya bagi kesehatan dipublikasikan European Journal of Preventive Cardiology. Penelitian yang sebenarnya tidak mengkhususkan konsumsi teh hijau ini dilakukan Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok di Beijing, terhadap 100.902 orang yang tidak pernah menderita kanker, serangan jantung, atau stroke.
Para peneliti memeriksa riwayat kesehatan mereka selama tujuh tahun terakhir, serta mencatat seberapa sering mereka meminum teh. Peneliti mengkatagorikan peminum reguler adalah mereka yang mengonsumsi teh tiga kali atau lebih dalam seminggu.
Hasilnya menunjukkan, selama penelitian dilakukan, peminum teh memiliki risiko 39% lebih rendah terkena serangan jantung dan stroke dan risiko meninggal lebih rendah 29%.
“Efek kesehatan yang paling menguntungkan ternyata adalah mengonsumsi teh hijau. Sementara kebiasaan meminum teh jenis lainnya juga tetap bagus untuk jangka panjang,” kata Dr Xinyan Wang, salah satu peneliti.
Menurut Wang, salah satu alasan mengapa teh meningkatkan kesehatan seseorang, tak lain karena kandungan polifenol yang mengandung antioksidan. Selama ini polifenol ditemukan secara alami dalam buah-buahan dan sayuran, serta dianggap mampu menghentikan atau memperbaiki kerusakan sel, mengontrol kadar gula tubuh dan memperlambat kenaikan berat badan.
Minum Teh Bukan Puaskan Dahaga
Sebenarnya sudah sejak lama para peneliti di China mempunyai bukti bahwa polifenol dapat melindungi tubuh dari penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Teh hijau sangat bermanfaat karena tidak difermentasi seperti teh hitam, suatu proses yang diperkirakan membuat antioksidan menjadi kurang efektif.
“Para peneliti tidak menyebutkan bagaimana teh dikonsumsi atau dalam bentuk apa. Masyarakat China terbiasa mengonsumsi teh hijau secara langsung, tidak dalam bentuk teh celup yang bisa mengubah sifat alami teh untuk meningkatkan kesehatan,” kata Jodie Relf, pakar diet dan juru bicara British Dietetic Association.
Menurut Jodie, masyarakat China meminum teh bukan untuk memuaskan dahaga atau mencegah dehidrasi. Mereka terbiasa meminum teh di saat senggang di sela aktivitas yang padat.
“Meminum teh di saat rileks, mungkin meningkatkan kesehatan mereka karena bisa mengurangi tingkat stres,” ujarnya.
Namun Jodie mengingatkan, meski sejak lama diketahui mengonsumsi teh bermanfaat bagi kesehatan, bukan berarti kemudian bebas menjalani gaya hidup tak sehat.
“Kita tidak bisa terus mengonsumsi makanan berlemak tinggi, menjalani gaya hidup tidak banyak bergerak, dan kemudian berharap teh menyelesaikan semua masalah kesehatan kita,” pungkasnya. (bhimo)