Surabaya, pmp – Kemacetan selalu menjadi masalah bagi warga kota besar, termasuk Kota Surabaya. Untuk membantu menghadapi masalah kemacetan dan meningkatkan minat masyarakat naik angkutan umum, tim dosen dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan inovasi aplikasi bernama Intravtas User dan Intravtas Driver.
Aplikasi tersebut merupakan kolaborasi antara Erma Suryani ST MT PhD, Rully Agus Hendrawan SKom MEng, dan Arif Wibisono SKom MSc yang merupakan dosen Departemen Sistem Informasi ITS bersama guru besar Departemen Matematika ITS Prof Dr Basuki Widodo MSc.
Dengan memanfaatkan model simulasi dan Information and Communication Technologies (ICT), tim merancang aplikasi yang dapat mendeteksi keberadaan pengguna angkot, memonitor ketersediaan angkutan umum, dan memberikan navigasi lalu lintas. “Aplikasi tersebut memanfaatkan sistem GPS dan Maps,” jelas Erma.
Dosen yang pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi (FTIK) ITS itu memaparkan, aplikasi tersebut bekerja dua arah dan tersedia dua pilihan aplikasi untuk penumpang dan juga sopir angkutan umum. Instrastav User diperuntukkan bagi penumpang, melalui aplikasi tersebut calon penumpang dapat mengidentifikasi lokasi terkini angkutan umum terdekat. “Tidak perlu lagi penumpang menunggu tanpa kepastian di pinggir jalan seperti yang selama ini terjadi,” ujarnya.
Menurut Erma, hal yang membuat penumpang enggan menggunakan transportasi umum seringkali dikarenakan waktu tempuh angkutan umum yang tidak bisa diprediksi. Contohnya untuk angkutan kota (angkot) seringkali menunggu penumpang penuh (ngetem) baru beroperasi atau jalan.
“Dengan aplikasi Intranstav Driver, sopir juga tidak perlu lagi menunggu lama karena sudah terlihat di mana lokasi penumpang yang hendak naik,” tuturnya.
Angkot dan Bus Kota
Alumnus S1 Teknik Elektro ITS tersebut mengungkapkan, penyebab utama kemacetan adalah volume kendaraan yang terlalu padat. Padatnya volume tersebut dikarenakan pengguna jalan raya tidak tertarik untuk memakai alat transportasi umum, sehingga banyak yang menggunakan kendaraan pribadi.
“Dengan adanya aplikasi ini, akan lebih menarik pengguna jalan untuk menggunakan transportasi umum,” katanya.
Bagi Erma, aplikasi yang sudah sejak 2018 dikembangkan ini menyasar angkutan umum lyn dan bus kota. Dua transportasi umum tersebut mendukung terwujudnya tiga poin yang menjadi tujuan aplikasi ini. Poin pertama adalah economic sustainability yang menjadikan arus transportasi Surabaya menjadi lebih efektif dan efisien. “Dengan kata lain, kemacetan akan berkurang,” imbuhnya.
Kemudian, lanjut Erma, poin kedua adalah social sustainability. Hal tersebut berarti solusi yang ditawarkan dapat menjangkau semua kalangan masyarakat. Transportasi yang dipilih pun merupakan angkutan umum yang biayanya sangat terjangkau dan rute yang menjangkau hingga jalanan sempit. “Kami memanfaatkan alat transportasi yang sudah beroperasi sejak lama dan sudah dikenal masyarakat,” jelas alumnus S2 Teknik Industri ITS dan S3 Industrial Management NTUST, Taiwan ini.
Lalu, poin ketiga yakni environmental sustainability yang merupakan efek terbesar yang ingin dicapai, yakni berkurangnya emisi karbon dioksida (CO2) seiring dengan berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi. “Selain itu, apabila peminat angkutan umum itu meningkat pesat, besar kemungkinan kualitas angkutan akan di-upgrade menjadi lebih nyaman oleh pemerintah,” harapnya.
Aplikasi ini sudah disosialisasikan kepada perwakilan pengguna dan pengemudi angkutan umum Surabaya ini . Harapannya kerjasama antara ITS, Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Google (sebagai penyedia layanan API), serta provider telekomunikasi sebagai penyedia paket data agar sistem ini dapat dinikmati oleh pengemudi angkot dengan biaya yang sangat terjangkau. (hps)