Jakarta, PMP – Para senior militer AS kompak mengecam Presiden Donald Trump atas perintah mengerahkan pasukan militer untuk membereskan aksi unjuk rasa antirasis yang dilakukan warga sipil dan meluas di seluruh negeri. Kepresidenan Trump sedang mengalami krisis eksistensi saat Menhan Mark Esper berani membangkang perintah Presiden Trump.
Jenderal purnawirawan James Norman Mattis, mantan Menteri Pertahanan AS periode 2017-2019 dan Komandan Korps Marinir, menyerukan pada bangsa Amerika bahwa mereka harus bersatu tanpa Presiden. Pernyataan tertulis Mattis itu dikutip berbagai media, seperti stasiun televisi CNN dan situs majalah Time pada Kamis (4/6/2020).
“Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba menyatukan rakyat Amerika, bahkan tidak berpura-pura mencoba,” kata Mattis yang sebenarnya memilih diam tak berpolitik sejak mengundurkan diri dari Kabinet Trump pada awal 2019.
Mattis yang dijuluki ‘Mad Dog’ dan pernah memimpin pasukan AS dalam beberapa perang seperti Perang Teluk, Perang Afghanistan, atau Perang Irak itu, ternyata tak bisa lagi diam karena gusar ketika Trump mengancam akan mengerahkan pasukan militer untuk memadamkan demo warga sipil di berbagai kota.
Baca juga: Gedung Putih Siaga Merah Dirangsek Pendemo Antirasis, Trump Dievakuasi ke Bungker
“Kami telah menyaksikan konsekuensi dari tiga tahun tanpa kepemimpinan matang,” katanya.
Menurut Mattis yang begitu dihormati kalangan militer AS, aksi unjuk rasa yang diikuti puluhan ribu orang dan mengangkat isu ‘Black Lives Matter’ atas kematian pria kulit hitam George Floyd oleh empat polisi kulit putih Minneapolis, justru menunjukkan adanya dorongan nurani yang begitu kuat.
“Kita harus hidup sesuai dengan nilai-nilai kita, nilai-nilai sebagai manusia dan nilai-nilai kita sebagai suatu bangsa,” tegasnya.
Menhan Mark Esper Membangkang
Jenderal Purnawirawan John Allen, mantan komandan pasukan AS di Afghanistan, juga mengritik Trump yang memerintahkan pasukan keamanan federal pada hari Senin untuk membersihkan pengunjuk rasa di Taman Lafayette Square seberang Gedung Putih. Allen justru berharap apa yang terjadi saat ini bakal mengarah ke AS yang lebih tercerahkan.
“Tetapi itu harus datang dari bawah ke atas karena di Gedung Putih tidak ada rumah (pemimpin),” tegas Allen menyindir Trump.
Mantan Kepala Staf Gabungan Jenderal Mike Mullen, juga merasa terdorong ikut berbicara ketika melihat nilai-nilai AS terancam oleh seorang pemimpin yang tidak becus.
Hal yang paling mencengangkan, Menteri Pertahanan Mark Esper berani membangkang perintah Presiden Trump soal pengerahkan pasukan militer untuk mengatasi unjuk rasa warga sipil.
“Saya tidak mendukung penerapan Undang-Undang Pemberontakan,” ujar Esper sebagaimana dilansir AFP.
“Saya selalu percaya dan akan terus percaya bahwa Garda Nasional sudah sangat tepat dalam bekerja di ranah domestik sebagai otoritas sipil di situasi seperti ini,” tambahnya sembari menyebut melibatkan militer adalah pilihan paling akhir dan hanya dalam situasi sangat mendesak.(bim)