PenaMerahPutih.com
EkbisHeadlineIndeksIndustri

Transaksi Maybank2U Melejit 136%, Pandemi Pacu Digital Banking Indonesia

Jakarta, pmp – Meski dibayangi pandemi, transaksi aplikasi mobile banking Maybank2U (M2U) milik Maybank Indonesia justru melejit 136% selama semester I 2020 dibanding tahun 2019. Layanan digital perbankan terbukti menjadi pilihan utama masyarakat di masa pandemi corona, di mana orang mengurangi mobilitas fisik, termasuk untuk urusan perbankan.

“Transaksi keuangan yang dilakukan melalui M2U naik 136% menjadi 4,5 juta transaksi pada semester I 2020 secara year on year (yoy), serta terdapat 34.000 pembukaan rekening tabungan atau deposito dan lebih dari 45.000 rekening baru dibuka melalui M2U,” kata Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria dalam paparan publik melalui aplikasi Zoom, Kamis (24/9/2020).

Bahkan jika melihat pertumbuhan transaksi melalui M2U selama tiga kuartal atau hingga September 2020, terjadi peningkatan 132% di mana terjadi 7,8 juta transaksi, lebih dari 60 ribu rekening tabungan atau deposito dibuka, serta lebih dari 76 ribu rekening didaftar melalui M2U.

Tak hanya itu, selama semester I 2020, PT Bank Maybank Indonesia Tbk atau Maybank Indonesia mencatat lebih dari 94% transaksi dilakukan melalui digital channel, di mana 64% transaksi dilakukan melalui aplikasi M2U.

“Kondisi saat ini telah membuat Maybank Indonesia menjadi lebih kreatif, terutama memanfaatkan teknologi dalam melakukan komunikasi kepada para nasabah. Kami telah mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap portofolio bank atas pandemi global yang terjadi,” papar Taswin.

maybank
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria.(maybank.co.id)

Apa yang disampaikan Taswin senada dengan pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, bahwa  pandemi telah menciptakan keterbatasan mobilitas manusia yang membuat sarana digital banking semakin diminati oleh masyarakat.

“Di balik pandemi memang digitalisasi jadi pilihan model bisnis yang semakin diminati masyarakat. Dalam keterbatasan mobilitas manusia, sarana digital jadi pilihan untuk transaksi keuangan,” kata Perry Warjiyo dalam webinar bertajuk ‘Traditional Bank vs Challanger Banks in The Era of Open Banking‘, Selasa (29/9/2020).

Perry kemudian memaparkan data bank sentral, di mana volume transaksi digital banking naik signifikan 37,8% (yoy), selain transaksi uang elektronik juga menguat 24,42% yoy, sementara penggunaan kartu debit justru menurun 18,9% yoy.

Masih menurut Perry, untunglah BI telah mengantisipasi tren digitalisasi yang sangat cepat di sektor keuangan, di mana masyarakat semakin membutuhkan transformasi perbankan ke arah digital dan open banking.

Pada Mei 2019, BI telah meluncurkan blueprint sistem pembayaran 2025 sebagai upaya menyiapkan kerangka mengintegrasikan sistem keuangan di Indonesia melalui transformasi digital.

“Kami melakukan digitalisasi pembayaran untuk mengintegrasikan sistem keuangan di Indonesia. Bagaimana agar bisa menyambungkan dari pelaku usaha ke fintech dan lainnya secara end to end process,” ujarnya.

Konsekuensinya BI terus mendorong perbankan untuk melakukan open banking, di mana penerapan strategi open banking harus bersifat strategic-driven dan juga berasal dari lapisan atas manajemen ke bawah (top-down).

Kini, masih menurut Perry, BI bakal fokus mewujudkan interlink antara perbankan dengan fintech melalui open banking dan open application programming interface (API). Termasuk bagaimana melibatkan startup dalam mendorong inovasi dalam sektor perbankan dan memacu proses digitalisasi keuangan.

Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun telah bersiap mendukung animo masyarakat dalam memanfatkan secara optimal layanan perbankan via online dengan digital banking.

Baca Juga :   Garap Mission: Impossible Terbaru di Norwegia, Tom Cruise Bebas Karantina Corona

Hal itu disampaikan anggota Dewan Komisioner OJK Heru Kristiyana dalam Webinar Nasional ‘The Future of Digital Banking’, pada Kamis (23/7/2020).

Berdasarkan survei OJK selama pandemi, seperti dipaparkan Heru, ternyata 42% nasabah menginginkan pembukaan rekening bisa dilakukan secara digital, 41% responden menginginkan mutasi rekening secara online, serta 35% responden menginginkan dapat mengajukan kredit secara online.

“Ini perilaku transaksi nasabah selama COVID-19 yang diinginkan dan perlu diperhatikan,” tegas Heru.

maybank
Kantor Pusat Maybank Indonesia.(maybank.co.id)

Laba Bersih Rp 1,1 Triliun

Terlepas dari tekanan ekonomi akibat COVID-19, Maybank Indonesia tetap meraih laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp 1,1 triliun per 30 September 2020 atau sama secara yoy dibanding tahun lalu.

Menurut Taswin, keberhasilan Maybank Indonesia mempertahankan kinerja merupakan hasil dari kebijakan pengelolaan biaya secara disiplin. Terlebih pertumbuhan bisnis syariah dan peningkatan pendapatan nonbunga makin memperkuat soliditas keuangan.

“Hal itu membantu mengurangi dampak volatilitas, disrupsi pasar dan total kredit yang lebih rendah sebagai akibat pandemi,” katanya.

Profil pendanaan terus menguat dengan rasio CASA meningkat dari 36,4% pada September 2019 menjadi 39,7% pada September 2020, didukung kenaikan rekening giro 13,4% dan rekening tabungan 5,9%.

Rasio Kredit terhadap Simpanan atau Loan to Deposit (LDR bank saja) berada pada tingkat sehat 80,7%, sedangkan rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR bank saja) tercatat 178,6% per September 2020, jauh di atas ketentuan minimum 100%.

Sementara tingkat Non-Performing Loan (NPL) 4,3% (gross) dan 2,8% (net) per September 2020 dibandingkan 2,6% (gross) dan 1,5% (net) per September 2019.

“Hal itu terutama disebabkan oleh lebih rendahnya total outstanding kredit pada September 2020 dan dampak situasi pandemi yang mempengaruhi beberapa rekening,” papar Taswin.

Kabar baiknya, posisi modal Maybank Indonesia tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,5% pada September 2020 dibandingkan dengan 20,1% September 2019 dengan  total modal Rp 26,7 triliun pada September 2020.

Raihan laba sebelum pajak Maybank Syariah justru naik drastis, yakni 35,1% menjadi Rp 332,2 miliar, didukung oleh fokus berkelanjutan yang dilakukan untuk meningkatkan pendanaan yang lebih efisien dan mengurangi simpanan berbiaya tinggi. Total simpanan nasabah juga naik 4,2% menjadi Rp 27,5 triliun pada September 2020.

Total pembiayaan perbankan syariah, termasuk portofolio Kafalah, meningkat 1,9% menjadi Rp 25,4 triliun pada September 2020.  Sementara total aset per September 2020 naik 7,2% menjadi Rp 35,8 triliun dibandingkan Rp 33,4 triliun tahun lalu, di mana telah menyumbang 20,2% total aset Maybank Indonesia.

Face ID dan Fingerprint Pengaman M2U

Kini guna terus memacu kinerja ketika pandemi juga belum mereda, Maybank Indonesia terus menyempurnakan aplikasi mobile banking M2U guna memenuhi kebutuhan nasabah di era teknologi digital.

Chief Strategy, Transformation & Digital Officer Maybank Indonesia, Michel Hamilton, menuturkan bahwa Maybank bakal fokus pada optimalisasi teknologi digital untuk memberikan layanan yang lebih baik terhadap nasabah di seluruh touch points.

“Saat ini aplikasi M2U sudah diunduh 900.000 nasabah Maybank dan digunakan secara aktif. Bahkan di saat pandemi, transaksinya sudah bertumbuh di atas 130% secara year on year,” kata Michel dalam webinar Media Training M2U, Jumat (11/9/2020).

Baca Juga :   Layanan Perbankan Digital Maybank Raih Penghargaan Internasional

Sebagaimana survei OJK yang menunjukkan 42% nasabah perbankan di Indonesia menginginkan pembukaan rekening bisa dilakukan secara digital, menurut Michel, M2U juga semakin memberi kemudahan bagi nasabah untuk bertransaksi, termasuk pembukaan rekening dan deposito secara online.

“Aplikasi M2U juga akan diperkaya dengan pembelian investasi seperti reksadana dan asuransi,” tambahnya.

Hal itu untuk memfasiitasi nasabah yang berdasarkan data terbaru di masa pandemi menunjukkan 82% khawatir pergi ke bank secara fisik, 73% lebih memilih bekerja jarak jauh atau work from home, serta sekitar 63% lebih cenderung memilih menggunakan aplikasi digital.

Aplikasi mobile banking M2U platform baru yang menawarkan 24/7 atau 24 jam 7 hari dapat diakses di manapun dan kapanpun sehingga memberikan customer experience yang lebih baik.

Tampilan M2U juga lebih fresh, serta menawarkan berbagai fitur unggulan, yakni tampilan modern dan lebih mudah digunakan atau user friendly.

“Secara fitur, wealth management kami sudah siap, regulator sudah beri isyarat semuanya oke, tinggal tunggu waktu untuk final agreement sehingga fungsi investasi dan bank assurance bisa dilakukan secara digital,” jelas Michel.

Selain pembukaan rekening secara online, M2U memiliki banyak fitur unggulan. Sebut saja Free Max atau fasilitas menikmati bebas biaya transfer antarbank (online, SKN dan RTGS), atau Maybank Tabungan Maksi untuk pembayaran tagihan dan pembelian dengan.

Masih ada fitur Go Cashless! untuk berbagai pembayaran dengan QR Pay. Fitur Quick Favourite yang dapat menyimpan transaksi rutin dan bayar tagihan rutin dengan lebih cepat dan praktis. Fitur Check Portfolio Balance untuk cek saldo tabungan, kartu kredit, deposito, pinjaman sampai investasi dan asuransi menjadi lebih mudah dengan swipe kiri-kanan.

Termasuk fitur Quick Payment Access, membayar tagihan, pembelian dan transfer lebih mudah dan cepat. Serta fitur Share Receipt untuk mengirim resi transaksi dengan mudah.

Menurut Head Digital Banking Product & Strategy Maybank Indonesia, Ditto Prabowo, melalui M2U masyarakat konsumen bisa mengatur dan mengontrol porto folio keuangan keluarga, mulai kebutuhan ayah, ibu dan anak. Nasabah juga dapat membuat perencanaan dan investasi jangka panjang, seperti kapan membeli mobil, atau deposit untuk membeli rumah.

M2U juga memfasiilitasi nasabah agar dapat meminimalkan biaya transfer yang terintegrasi dengan layanan QRIS sehingga bisa digunakan di bank lain, termasuk merchant-merchant nonbank.

“Nasabah tidak perlu top up ke aplikasi-aplikasi e-commerce lain bila ingin berbelanja. Menggunakan M2U sudah bisa melayani dan uang akan diambil dari rekening kita,” paparnya sembari menyebut membeli game online atau voucer game online pun bisa langsung melalui aplikasi M2U.

Menariknya, aplikasi M2U diamankan dengan fitur Secure Login atau kemudahan login yang ditingkatkan dengan menggunakan biometrik sangat aman menggunakan Face ID dan fingerprint.

Menurut Michel Hamilton, meski 63% penduduk Indonesia dari total 267 juta jiwa telah bertransaksi menggunakan smartphone, tetap ada sejumlah tantangan atau risiko yang harus dihadapi, mulai dari pengelabuan atau phishing, malware, scam, hingga penipuan dengan kartu sim seluler.

“Tentu apa yang mendrive orang hingga bertransaksi digital yang pasti adalah security. Jadi kita harus memastikan security terbaik,” ujar Michel.

Menurutnya, saat ini beragam cara bisa dilakukan pelaku kejahatan untuk mendapatkan akses identitas korban hanya dengan menggunakan alat komunikasi seperti smartphone. Bahkan modusnya bisa melalui pesan elektronik atau telepon ke nasabah.

Baca Juga :   Pariwisata Luar Angkasa Hampir Nyata, Perusahaan SpaceX Orbitkan Astronot

“Kejahatan cyber meningkat dengan mengatasnamakan official bank malware, di mana bisa hanya lewat panggilan telepon dan SMS agar bisa mendapatkan data nasabah agar bisa masuk ke aplikasi digital perbankan,” jelasnya.

Oleh karena itu, Maybank Indonesia berprinsip memegang teguh keamanan data para nasabahnya.

“Pelaku jasa keuangan dan regulator juga harus memberikan rasa aman bagi nasabah.  Juga tentunya kewaspadaan dan kesadaran masyarakat harus hadir agar terhindar dari tindak kejahatan,” tegas Michel.

Tantangan Presiden Jokowi

Pemerintah sendiri melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika terus memperluas akses internet guna mewujudkan Indonesia menjadi digital nation, di mana kini telah tersedia jaringan internet 4G yang mampu melayani 82% wilayah Indonesia, sehingga masyarakat di seluruh pelosok negeri makin berpeluang mengakses layanan digital dari perbankan.

maybank
Presiden Jokowi saat membuka Indonesia Fintech Summit 2020 secara daring.(setneg.go.id)

Perkerjaan rumah terpentang jika melihat fakta bahwa masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan juga masih sangat tinggi. Berdasarkan kajian Google, Bain & Temasek yang dirilis tahun 2019, masih ada 92 juta warga Indonesia yang masuk kategori unbanked atau belum tersentuh layanan perbankan.

Menurut Head, Corporate & Brand Communication Maybank Indonesia Esti Nugraheni, jika mengacu data We Are Social dan Hotsuete 2020, tercatat terdapat 175,4 juta atau sekitar 64% masyarakat pengguna internet di Indonesia.

Kabar baiknya, 56% masyarakat Indonesia antusias mengadopsi digital banking dalam enam bulan ke depan untuk bertransaksi atau untuk urusan finansial lainnya. Persentase itu tertinggi kedua di Asia setelah Myanmar yang angkanya 60%.

Namun tantangan masih terbentang di depan mata saat Presiden Jokowi pada 11 November 2020, mengingatkan masih rendahnya literasi keuangan digital masyarakat Indonesia yang baru mencapai 35,5%. Selain itu jumlah masyarakat yang pernah menggunakan layanan keuangan digital masih rendah hanya 31,26%.

“Masih banyak masyarakat yang pakai layanan keuangan informal,” kata Presiden Jokowi pada pembukaan Indonesia Fintech Summit 2020, Rabu (11/11/2020).

Tak hanya itu, Presiden juga menyoroti indeks inklusi keuangan Indonesia yang masih tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya. Pada tahun 2019, indeks inklusi keuangan di Indonesia mencapai 76%, atau lebih rendah dibandingkan Singapura 86%, Malaysia 85% dan Thailand 82%.

Presiden tak lupa menyorot masih adanya sejumlah risiko dalam sektor keuangan digital. Sebut saja misinformasi, kesalahan pada transaksi, serta penyalahgunaan data pribadi.

Namun terlepas dari tantangan, Presiden Jokowi juga menjelaskan bahwa selama ini industri tekfin telah memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2020, kontribusi tekfin pada penyaluran pinjaman nasional mencapai Rp 128,7 triliun, atau meningkat 113% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Maybank Indonesia tentu saja siap menerima tantangan Presiden Jokowi umtuk meningkatkan literasi keuangan digital masyarakat Indonesia. Selain tentu saja, terus berikhtiar memberikan layanan terbaik bagi nasabah dan masyarakat.

“Kunci dari sistem digitalisasi adalah bagaimana membuat urusan hidup konsumen dan masyarakat menjadi sederhana. Sesuai dengan visi Maybank, yakni memberi solusi untuk semua tahapan hidup masyarakat Indonesia,” pungkas Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria.(hps)