Sumenep, PMP – Universitas Airlangga (Unair) ingin mengembangkan Pulau Gili Iyang Madura, Jawa Timur menjadi model wisata yang sehat, bersih hijau dan mengglobal seperti wisata internasional di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Penataan dilakukan dengan melibatkan multi disiplin ilmu yang ada di kampus di antaranya bidang lingkungan, kesehatan, sosial, pariwisata, pendidikan hingga teknologi,” kata Wakil Rektor Bidang RICD Unair Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih Dra, MSi dalam keterangannya, Minggu (20/10/2024).
Rencana pengembangan tersebut terkait peresmian enam produk inovasi dan hilirasi Unair di Pulau Gili Iyang, Sumenep, yang menjadi rangkaian program Airlangga Community Development Hub (ACDH) 2024. sebagai program pengabdian masyarakat yang telah berjalan sejak 2022. Dengan fokus pada pengembangan potensi green, blue dan digital economy berbasis masyarakat dan kearifan lokal di dua desa di Pulau Gili Iyang, Desa Banraas dan Desa Bancarama.
‘Turis lokal dan mancanegera akan senang ke tempat wisata yang bersih, udara sehat, hijau. Sampah tertata dengan baik. Itu yang ingin kami kembangkan di Gili Iyang dan Unair siap membantu dengan melibatkan multi disiplin ilmu,” katanya usai peresmian di Sumenep, Sabtu (19/10).
Prof Nyoman menyebut di Eropa seperti di Finlandia mereka punya pulau percontohan yang menjadi green island. Hal yang sama juga bisa dilakukan oleh Gili Iyang, menjadi green island.
“Saya optimistis Gili Iyang bisa lebih maju karena secara alami sudah diberikan anugerah oksigen yang berlimpah, dan kita harus menjaga kadar oksigen itu bahkan kalau perlu meningkatkannya,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Prof Nyoman menceritakan bagaimana Unair penasaran dari mana oksigen bisa melimpah di Gili Iyang. Melalui satelit, tim penelitian Unair melakukan serangkaian riset dan mendapatkan fakta bahwa oksigen tertinggi ternyata bukan berada di daratan melainkan di wilayah pesisir yang banyak ditumbuhi alga dan mikro plankton. Mereka diketahui melakukan reaksi fotosintesis yang akan menyerap CO2 dan memproduksi O2.
Budidaya Mikro Alga
Untuk mempertahan dan meningkatkan oksigen di Gili Iyang, Unair mulai tahun depan akan mengembangkan mikro alga di daratan dengan memanfaatkan lahan dari salah satu warga.
“Di atas lahan 1 hektare ini, Unair mulai tahun 2025 akan menanam mikro alga. Jadi oksigen nanti tak hanya dihasilkan dari laut, tetapi juga dari daratan. Ini salah satu upaya konkret Unair untuk meningkatkan kadar oksigen di Gili Iyang,” katanya.
Di sekitar lahan mikro alga, lanjut Prof Nyoman bisa dimanfaatkan untuk menanam pohon dan tanaman yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Misalnya tanaman obat, atau tanaman lain yang bermanfaat untuk bahan baku suplemen kesehatan. Sehingga ke depan Gili Iyang menjadi kawasan subur, hijau penuh oksigen, dikelilingi laut yang bersih yang ditunjang dengan wisata pro lingkungan.
Prof Nyoman melihat saat ini di pesisir saat saat rombongan Unair berlabuh, masih melihat banyak sampah plastik. Ini PR bagi Unair untuk bisa membantu membersihkan wilayah pesisir, mengolah sampah plastik menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Tak hanya plastik, jerami-jerami juga bisa diolah sehingga ternak di Gili Iyang bisa langsung dapat suplai makanan dari hasil olahan.
Ketua LIHTR (Lembaga Ilmu Hayati, Teknik dan Rekayasa) Unair Andi Hamim Zaidan M.Si, PhD menambahkan Unair akan melakukan upaya untuk meningkatkan kadar oksigen di Gili Iyang. Salah satunya lewat budidaya mikro alga di atas lahan 1 hektare. Budidaya mikro alga ini industrinya bisa kemana-mana, salah satunya untuk biodiesel.
“Kami sudah merancang mesin yang bisa mengubah mikro alga menjadi biodiesel. Bio diesel itu bisa dipakai untuk bahan bakar kapal. Selain itu bisa dipakai untuk pakan udang, ikan, ternak. Ketiga bisa diarahkan untuk suplemen. Dan terakhir bisa untuk kosmetik dan farmasi,” katanya.
Zaidan menjelaskan Unair ingin ke depan orang-orang yang datang ke Pulau Gili Iyang oleh-olehnya khas olahan mikro alga. Bisa suplemen kesehatan dari mikro alga atau masker wajah mikro alga. Untuk tahap pertama nanti, budidaya mikro alga ini berkapasitas 10 ton dan akan terus ditingkatkan. Harapannya Pulau Gili Iyang tak lagi memikik kadar oksigen nomor dua dunia tapi nomor satu dunia dan menebar banyak manfaat bagi warga setempat. (gdn)