HeadlineIndeksWow

Mesin Brebet, Stroke, dan Respons Cepat Pertamina

×

Mesin Brebet, Stroke, dan Respons Cepat Pertamina

Sebarkan artikel ini
Pengendara motor mengisi Pertalite di SPBU Kayoon Surabaya, Rabu (29/10/2025). (PMP/Hapsah)

Surabaya, PMP – PT. Pertamina (Persero) bergerak cepat memulai investigasi untuk merespons keluhan masyarakat dan kabar viral di media sosial tentang dugaan BBM Pertalite bercampur air yang menyebabkan mesin kendaraan brebet atau mesin tidak stabil dan tersendat-sendat. PT. Pertamina Patra Niaga bersama Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), segera melakukan pengecekan BBM di sejumlah SPBU di Jawa Timur.

Sampai Rabu (29/10/2025), PT. Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, sebagai Subholding Commercial & Trading dari PT. Pertamina (Persero), sudah menerima 162 laporan yang masuk, terkait mesin rusak karena BBM yang diduga tercampur air, terdiri dari 155 unit motor dan 7 unit mobil.

Laporan terbanyak dari Kabupaten Bojonegoro 59 unit, Kabupaten Tuban 44 unit, Kota Surabaya 23 unit, Kabupaten Sidoarjo 13 unit, Kabupaten Lamongan 5 unit, disusul Kota Kediri, Kota Malang, Gresik, Kabupaten Pasuruan masing-masing 3 unit, juga Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, dan Kota Pasuruan antara 2 unit dan 1 unit. Data pelaporan tersebut dari kanal resmi pelaporan yang dibuka di 17 posko layanan SPBU di wilayah Jatim, maupun pengaduan di SPBU tempat pembelian terakhir.

“Saya bersama Dirut Pertamina Patra Niaga mengecek langsung ke SPBU di Jatim sebagai bentuk pelayanan terbaik ke masyarakat, menanggapi laporan terkait dugaan adanya kandungan air pada BBM,” kata Laode Sulaeman, Dirjen Migas Kementerian ESDM, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (29/10/2025).

Mereka mendatangi SPBU (Stasiun Pengisian Bensin Umum) 53.611.01 di Gresik dan SPBU 54.601.79 di Kayoon Surabaya, dilanjutkan ke SPBU di Malang, untuk melakukan tiga uji yang bisa memastikan apakah Pertalite tercampur air seperti yang dikeluhkan. Tim penguji bukan dari Pertamina, melainkan tim khusus dari Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) agar hasil uji yang diperoleh lebih bisa dipercaya masyarakat.

Menurut Laode, dia ikut turun ke lapangan untuk melihat bagaimana mitigasi risiko yang dilakukan oleh Pertamina. Saat ini, di setiap SPBU ada daftar keluhan konsumen, di mana tertulis tanggal pelaporan, alamat konsumen, nomor kontak, nomor polisi, jenis kendaraan, merek kendaraan, tahun kendaraan, nomor SPBU pembelian, jenis pembelian, juga kendala yang dihadapi.

“Jadi apabila mengalami kendala, lebih baik segera melaporkan ke SPBU tersebut. Nah, dugaan ini nanti akan ditindaklanjuti oleh Pertamina,” kata Laode.

Petugas Lemigas ambil sampel Pertalite di SPBU 54.601.79 di Kayoon Surabaya, Rabu (29/10/2025). (PMP/Hapsah)

Uji pertama yang dilakukan adalah uji pasta air untuk mengetahui apakah di dalam BBM terdapat kandungan air. Pasta berwarna kuning dioleskan di dalam pipa yang dimasukkan ke dalam BBM. Jika warna kuning tidak berubah, maka BBM dipastikan tidak terdapat kandungan air di dalamnya. Sebaliknya, maka warna akan berubah menjadi merah. Uji pasta air dilakukan di tiga titik, yaitu truk, tangki pendam, dan dispenser. Hasil ujinya warna tidak berubah dan tetap kuning.

Uji kedua dilakukan uji visual. BBM dimasukkan dalam tabung untuk melihat tingkat kesesuaian bar tingkat kotoran. Standarnya enam bar, mulai dari yang paling keruh hingga paling jernih. Uji visual ini penting untuk mengetahui apakah di dalam BBM tersebut terdapat kotoran atau kontaminan lain. Hasil uji visualnya, tidak terdapat kontaminan di dalam BBM.

Baca Juga :  Jelang Libur Nataru, Pertamina Patra Niaga Pantau Sistem Pemesanan BBM Otomatis Jamin Stok SPBU

Sedangkan uji ketiga dilakukan  di laboratorium milik Lemigas karena sampel yang diteliti berasal dari bensin milik konsumen yang melapor dan stok yang ada di SPBU.

Menurut Laode, uji pasta air sebenarnya prosedur standar yang rutin dilakukan di semua SPBU. Sebelum SPBU membuka operasi, begitu truk tangki datang segera dilakukan uji pasta air sebagai uji standar.

“Kenapa? Karena jika ada air itu yang sangat berbahaya. Air itu tidak boleh sama sekali berada di dalam BBM,” tandasnya.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menambahkan bahwa Pertamina sudah memiliki posko keluhan masyarakat yang langsung datang ke SPBU. Pertamina juga menyediakan Pertamina Contact Center dengan beberapa pilihan, yakni kanal Call Center 135, email pcc135@pertamina.com, dan DM Instagram @pertamina.135 bagi konsumen yang melakukan pembelian BBM di luar lokasi posko.

“Kami akan menangani keluhannya. Kalau ada kerusakan sparepart, kita juga akan ganti. Penggantiannya dilakukan secara terukur, itu bentuk komitmen kami memberikan layanan terbaik dengan memperhatikan keluhan-keluhan tersebut. Saluran keluhan semuanya kami buka,” kata Mars Ega.

Pengecekan terhadap kualitas Pertalite di seluruh daerah di Jawa Timur masih dilakukan, sehingga Mars Ega belum bisa menyimpulkan penyebab utama terjadinya mesin motor brebet sebagaimana pelaporan dari masyarakat yang masuk ke Pertamina Call Center.

“Sampling BBM yang diambil, baik dari motor kendaraan masyarakat, maupun di SPBU membutuhkan waktu sekitar 5-10 hari. Pengambilan sampling dilakukan Lemigas,” kata Mars Ega.

Dirjen Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman (baju putih) bersama Dirut Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, melakukan uji visual di SPBU 54.601.79 Kayoon Surabaya, Rabu (29/10/2025). (PMP/Hapsah)

Keluhan Tarikan Motor Jadi Berat

Keluhan mesin brebet memang bermunculan di masyarakat sepekan terakhir. Erick M. Soleh, warga Kedungturi, Sidoarjo, mengeluh motornya mogok dan harus masuk bengkel setelah mengisi Pertalite di kawasan Kalijaten.

“Kata mekanik, saat tangki dikuras, bensinnya seperti ada minyak bercampur air. Ternyata keluhan sama juga dialami beberapa motor di bengkel tersebut,” kata Erick yang pengemudi ojol itu.

Sementara Nabil Riza, mahasiswa Ubhara Surabaya, mengaku tarikan motornya semakin terasa berat jika diisi Pertalite. “Beda kalau saya isi Pertamax, tarikannya normal-normal saja,” kata Nabil yang akhirnya harus sering ganti busi karena cepat karatan.

Tak hanya itu, Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, yang menerima banyak keluhan dari ojol tentang mesin motor mereka yang brebet setelah mengisi Pertalite, bahkan merasa perlu untuk melakukan sidak di salah satu SPBU, yakni SPBU Rajawali Surabaya, Kamis (30/10/2025).

Aksi sidaknya diunggah di channel youtube resmi Wakil Walikota Surabaya dan menjadi viral di media sosial. Saat sidak, Armuji menemukan Pertalite bercampur bahan lain yang kebetulan dibawa oleh salah satu warga yang akan komplain ke SPBU tersebut, tempat dia membeli Pertalite sehari sebelumnya.

“Ini saya tidak merekayasa lho. Ini kebetulan juga ketemu korban yang motornya mogok setelah beli Pertalite di SPBU Rajawali Surabaya, sama seperti lima ojol yang lapor ke saya,” kata Armuji kepada petugas Pertamina dalam video tersebut.

Baca Juga :  Harga Minyak Jelantah UCollect Mengikuti Harga Pasar, Bisa Cek di MyPertamina

Armuji berharap, komplain dari para korban mendapat tanggapan dari Pertamina dengan mengganti kerugian yang dialami.

Pakar ITS Sebut Penyebab Mesin Brebet

Pertanyaannya kemudian, mengapa mesin kendaraan menjadi brebet? Menurut Prof. Dr. Bambang Sudarmanta, pakar konversi mesin ITS, ada enam faktor yang bisa menjadi penyebab.

“Faktor pertama, mesin kendaraan bisa brebet jika memang BBM yang digunakan sudah tercampur air,” kata Prof. Bambang kepada penamerahputih.com, Kamis (30/10/2025).

Menurutnya, Pertalite tercampur air mungkin terjadi jika kondisi penyimpanan di SPBU tidak ideal, sehingga air masuk dalam tangki. Air yang berat jenisnya lebih berat dari bensin akan mengendap di dasar tangki. Jika pompa SPBU mengambil bahan bakar dari bagian bawah, maka air akan ikut tersedot dan masuk ke tangki motor.

“Efeknya di mesin, air ini tidak bisa terbakar yang menyebabkan misfire (brebet). Campuran udara–bahan bakar menjadi terlalu lean (miskin bahan bakar), sehingga menyebabkan knocking, idle tidak stabil, bahkan mesin mogok,” katanya.

Faktor lain karena kualitas bahan bakar yang tidak konsisten. Pertalite memiliki angka oktan RON 90 yang lebih rendah dari Pertamax RON 92 atau Pertamax Turbo RON 98. Jika mesin motor didesain untuk RON tinggi, misalnya motor injeksi modern dengan kompresi 10:1 ke atas, maka jika diisi Pertalite pembakaran tidak optimal. Nilai oktan rendah membuat pembakaran tidak sesuai timing. Akibatnya tenaga drop, putaran mesin tidak stabil, bahkan bisa mati mendadak.

“Gejala yang ditimbulkan mesinnya brebet, tenaga menurun, atau sulit distarter, menimbulkan suara knocking (ngelitik) atau detonasi dini,” ujarnya.

Prof. Dr. Bambang Sudarmanta di laboratorium otomotif Departemen Teknik Mesin ITS. (Humas ITS)

Prof. Bambang menyarankan agar pengguna mematuhi rekomendasi bahan bakar sesuai pabrikan. Setiap mesin dirancang dengan rasio kompresi tertentu. Jika nilai oktan bahan bakar tidak sesuai, performa mesin langsung drop.

Motor bebek berkapasitas 100–150 cc, rasio kompresi relatif rendah (8,5–9,5 : 1) cukup menggunakan RON 90–92 (Pertalite atau Pertamax). “Bahan bakar dengan RON terlalu tinggi tidak memberikan peningkatan performa signifikan, karena tekanan kompresi mesin rendah,” katanya.

Motor matik bermesin 110–160 cc, rasio kompresi menengah (9,5–10,5 : 1) disarankan RON 92 (Pertamax) agar pembakaran lebih bersih dan efisien. Penggunaan RON rendah berpotensi menyebabkan knocking dan konsumsi BBM meningkat.

Motor sport berkapasitas mesin 150–1.000 cc atau lebih dengan rasio kompresi tinggi (10,5–13 : 1), maka wajib menggunakan RON tinggi (RON 95–98) seperti Pertamax Turbo atau setara. Bahan bakar dengan RON rendah akan menyebabkan knocking dan konsumsi BBM meningkat.

Faktor ketiga mesin brebet karena BBM ada gum (getah bensin teroksidasi), endapan, atau kontaminan. Ini terjadi jika tangki penyimpanan di SPBU sudah lama tidak dibersihkan, atau bahan bakar tercampur dengan residu, karat, atau gum sehingga filter bahan bakar/injektor tersumbat, aliran bahan bakar ke ruang bakar terhambat, dan mesin menjadi brebet pada akselerasi karena suplai bahan bakar tidak konstan.

Baca Juga :  Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Siapkan 11.900 KL Avtur Khusus Haji Flight 2024

“Penyebab gum ini adanya paparan udara dan panas yang menyebabkan oksidasi bensin sehingga terbentuk resin atau gum. Ini sering terjadi pada Pertalite karena stabilitas oksidasi lebih rendah dibanding Pertamax,” katanya.

Fakor keempat adanya ketidaksesuaian Rasio Campuran Udara–Bahan Bakar (AFR). Prof Bambang menjelaskan, Pertalite memiliki kandungan hidrokarbon ringan (seperti butana dan pentana) yang lebih volatil. Pada cuaca panas atau tekanan rendah, uap bensin terbentuk berlebihan menyebabkan campuran terlalu kaya (rich mixture). Sebaliknya, bila tekanan tinggi atau bensin tercampur air dan campuran terlalu miskin (lean mixture), keduanya menyebabkan brebet.

Faktor kelima karena sistem bahan bakar motor yang sensitive, khususnya motor injeksi. Motor injeksi modern memiliki sensor oksigen (O₂), throttle position sensor, dan ECU (Engine Control Unit). Jika bahan bakar memiliki kualitas berbeda (RON rendah, kadar air tinggi, atau volatilitas berubah), ECU perlu waktu untuk beradaptasi.

“Akibatnya, rasio campuran tidak sesuai sehingga mesin tersendat. Kadang mesin mati saat idle karena ECU gagal menyesuaikan injeksi,” katanya.

Faktor keenam adalah kondisi SPBU yang bisa berdampak luas. Jika tangki bawah tanah tidak dibersihkan rutin, maka endapan ikut tersedot masuk ke motor. Apalagi bila air masuk karena hujan atau kelembaban tinggi, maka berdampak kontaminasi bahan bakar pada motor. Jika di SPBU bercampur sisa pengiriman bahan bakar sebelumnya, maka oktan menurun. Dan jika pencampuran tidak homogen maka mesin brebet dan knocking.

Prof. Bambang pun mengingatkan agar S.O.P. di SPBU harus diterapkan secara ketat karena menyangkut banyak hal baik keamanan dan kondisi SPBU, mobilitas masyarakat luas hingga kepercayaan konsumen.

“Pertamina harus merespon dengan tegas dan cepat. Kalau perlu, SPBU di mana banyak keluhan pelapor ditutup sementara sampai uji dan investigasi dilakukan agar tidak semakin banyak korban,” imbaunya.

Ibarat Pembuluh Darah

Pertamina Patra Niaga sendiri berkomitmen untuk serius menanggapi semua keluhan dan akan jemput bola memberikan layanan terbaik.

“Sebagai lembaga negara yang bertugas menyalurkan energi ke masyarakat, kami ini ibarat pembuluh darah. Jadi saluran energi ini harus terjangkau ke seluruh bagian tubuh,” kata Ahad Rahedi, Area Manager Communication, Relations and CSR, Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Kamis (30/10/2025).

Menurutnya, dalam kondisi apapun, apalagi saat muncul sentimen negatif di kalangan masyarakat, Pertamina akan terus dan harus hadir.

“Kami tidak boleh berhenti. Karena kalau kami berhenti akan stroke, badan lumpuh separo, dan itu berbahaya tidak hanya bagi masyarakat tapi juga NKRI. Energi ini tetap harus terjangkau sampai ujung rambut dan ujung kaki apapun kondisinya. Tentunya perjuangan terus kami lakukan untuk perbaikan dan berkembang terus menjadi lebih baik. Karena cerita ini tidak akan berhenti dalam satu hari saja,” pungkasnya.(Siti Hapsah Agustin)