Surabaya, penamerahputih.com – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memilih Surabaya menjadi tempat penyelenggaraan Bekraf Developer Day (BDD) 2017. Kota Pahlawan dinilai memiliki banyak pelaku startup yang bisa bersaing di tingkat global.
Apalagi Pemerintah Kota Surabaya melalui program ‘Start Surabaya’ yang merupakan program inkubasi dan akselerasi bagi para startup digital, menyediakan co-working space yang membuat kota ini menjadi salah satu kota ramah bagi startup.
Menurut Hari Santosa Sungkari, Deputi Infratruktur Bekraf, pemerintah akan terus berupaya memberikan stimulasi, dorongan dan inspirasi bagi para developer muda di Kota Surabaya. Salah satunya melalui ajang BDD 2017 sebagai upaya memperkuat Surabaya sebagai kota penopang industri startup digital tanah air.
“Kami ingin mendorong lahirnya pahlawan-pahlawan digital baru yang bukan hanya memberi solusi bagi Surabaya, tapi juga bagi Indonesia,” kata Hari usai pembukaan BDD 2017, di Hotel Shangri-La, Surabaya, Minggu (3/9/2017).
Bekraf optimis, industri startup pada gilirannya akan berdampak signifikan terhadap sektor tenaga kerja dan ekspor. Pemerintah melalui kementerian terkait akan membantu memfasilitasi dengan dukungan infrastruktur broadband.
Hari mencontohkan banyaknya tenaga kerja wanita (TKW) di sejumlah negara maju yang sudah semakin terbiasa dengan sosial media. Bekraf berupaya mengajari para TKW dan ibu rumah tangga yang dianggap memiliki kemampuan untuk belajar membuat website.
“Kami menemui mereka di Hongkong, Taiwan dan Singapura untuk memberi pemahaman tentang beragam peluang dari internet,” ujarnya.
Melalui program tersebut, para TKW yang sudah memiliki kemampuan clouding itu, nantinya diharapkan tertarik mencari nafkah di negerinya sendiri. Mereka bisa saja membuka toko online dan tidak perlu lagi menjadi TKW di negeri orang. Saat ini saja, sudah ada sekitar 500 ribu developer yang kemampuan cloudingnya, bisa diserap dunia industri
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku tidak menduga perkembangan digital bisa sepesat sekarang. “Dulu di era 2002, kami butuh waktu tiga bulan untuk mengajari para pengembang dan rekanan Pemkot agar bisa tersambung secara online. Jadi mulai dari nol. Buktinya sekarang mereka bisa,” ujarnya.
Era digital telah menjadikan Risma tak selalu harus berkutat di dalam kota untuk mengendalikan Surabaya. Berkat teknologi informasi, kata Risma, Surabaya berkembang jauh lebih pesat dan semakin dikenal masyarakat internasional melalui penghargaan seperti Green City atau Learning City.
“Keterbatasan bukan menjadi penghalang. Justru keterbatasan menciptakan kreatvitas. Kami telah mampu membuktikan bahwa keterbatasan digital di masa lalu telah menjadikan kita semakin kreatif,” kata Risma. (sha)