PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Polkam

Indonesia Diancam Jika Beli Sukhoi dan Tewasnya Tiga Teknisi Rusia di Makassar

Presiden Jokowi di kokpit pesawat Sukhoi milik Indonesia. (Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)

Jakarta, PMP – Rencana Indonesia membeli 11 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia memunculkan kontroversi. Wakil Duta Besar Rusia di Jakarta Oleg V Kopylov menyebut beberapa negara mengancam Indonesia agar tak membeli pesawat perang tersebut. Hal itu mengingatkan kematian tiga teknisi Rusia di Makassar menjelang kedatangan Sukhoi di tahun 2010.

“Indonesia tetap berkeinginan melanjutkan kontrak pembelian Sukhoi (jenis Su-35), meski beberapa negara mencoba mengancam Indonesia. Tapi Indonesia tak merasa terancam. Hal ini sangat bagus,” kata Oleg V Kopylov saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu (18/12/2019)

Sayangnya Kopylov tak bersedia menyebut negara-negara yang mengancam Indonesia terkait pembelian 11 pesawat Sukhoi SU- 35 senilai 1,14 miliar US$ atau Rp 15,96 triliun tersebut. Namun dia tak menampik ketika ditanya kemungkinan ancaman sanksi Amerika Serikat buat Indonesia menjadi faktor penghambat proses jual beli.

“AS mencoba mencegah negara-negara sahabat kami untuk bekerja sama dengan Rusia, terutama di bidang militer. Semua orang tahu itu, namun kami berharap ini tidak akan mengganggu jalannya kontrak,” katanya.

Hal yang pasti, Moskow siap mengirim pesawat-pesawat  tersebut ke Indonesia. “Keputusan apakah kontrak pembelian ini lanjut atau tidak ada di tangan Indonesia,” tandasnya.

Baca Juga :   Brigjen TNI Totok Sugiharto: Saya Bangga Jadi Prajuritnya Jenderal Ryamizard

Rencana pembelian 11 pesawat Sukhoi Su-35 mulai dilakukan sejak 2017. Pemerintahan Presiden Jokowi berniat menambah armada Sukhoi milik Indonesia yang jumlahnya 16 pesawat. Bahkan beberapa pihak berani menyebut, pesawat canggih Sukhoi Su-35 itu bakal mendarat di Indonesia di tahun 2019. Sukhoi Su-35 memiliki Radar Irbis-E yang merupakan sistem kontrol radar baru dengan antena array. Radar canggih ini dapat mendeteksi target yang mendekat dari jarak 350 hingga 400 kilometer.

Namun pada akhir November lalu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan bakal mengkaji ulang rencana pembelian Sukhoi. Terutama dari sisi efisiensi anggaran dan keuntungan yang diperoleh Indonesia.

Sukhoi Su-35. Radarnya sanggup mendeteksi obyek sejauh 400 km. (pickabay)

Tiga Teknisi Rusia Tewas

Pernyataan mengagetkan Wakil Dubes Kopylov tentu saja mengingatkan hal ganjil terkait Sukhoi di masa silam. Yakni tewasnya tiga teknisi Rusia di Makassar pada tahun 2010. Ketiganya yang merupakan anggoita tim perakit Sukhoi Su-27 SKM dan Su-30 MK2, dikabarkan sakit jantung dan meninggal bersamaan pada Senin, 13 September 2010.

Baca Juga :   Perang Modern Diawali Bombardir Isu, Perang Militer Bombardir Senjata (Bag 3)

Teknisi bernama Victor Safonov (55),  Alexander Poltorak (50) dan Sergei Voronin (51)  saat itu bertugas merakitan dua dari tiga jet Sukhoi yang dipesan TNI AU hingga laik terbang dan bertempur. Ketiganya dan sekitar 30 orang lainnya tiba di Makassar pada 5 September 2010.

Mereka mendahului kedatangan Sukhoi yang tiba di Lanud TNI AU Hasanuddin dengan pesawat angkut raksasa Antonov 142-100, bertepatan Idulfitri 1431 Hijriyah atau Jumat 10 September 2010.

Tim teknisi ini merakit dua pesawat Sukhoi jenis Su-27 SKM dan Su-30 MK 2 buatan Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association (KNAAPO) Rusia.

Kematian ketiganya sempat diselidiki dokter dari Kedubes Rusia yang ditemani pejabat dari Rosoboronexport, perusahaan eksportir senjata Rusia.

Saat itu sempat dikabarkan bahwa ketiganya tewas setelah menenggak minuman oplosan lokal bernama ballo. Pertanyaan yang muncul, bagaimana minuman oplosan bisa masuk ke kawasan terlarang Lanud TNI AU Sultan Hasanuddin, atau siapa yang membawanya masuk ke dalam area tersebut. Atau begitu cerobokah ketiganya menenggak minuman murahan. Hal yang pasti, ketiga korban dan rombongan Rusia tinggal di mess di dalam area Lanud.

Baca Juga :   Perang Modern Andalkan Pengerahan Massa, Kerusuhan Mei 1998 Contohnya (Bag 2)

Selain ballo dituding sebaga penyebab, muncul pula informasi bahwa ketiganya mencampur minuman keras mereka dengan spirtus pembersih kaca pesawat. Hasil penelitian Puslabfor Mabes Polri menemukan zat methanol atau spiritus berlebih di tubuh ketiganya. Padahal methanol sangat berbahaya jika diminum, apalagi jika dicampur dengan minuman keras yang sudah menganding ethanol. Zat tersebut ditemukan di lambung, ginjal, paru kiri dan kanan.

Dua hari setelah kematian, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, pada Rabu (15/9/2010) menyatakan, kematian mereka tak memengaruhi kualitas rakitan jet Sukhoi pesanan TNI AU.

“Tidak ada pengaruh karena itu bukan kelompok yang melakukan perakitan,” ujar Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso usai mengikuti kuliah dari profesor dari Harvard di Istana Negara, Jakarta, seperti dikutip detik.com.

Menurut Djoko, laporan penyebab kematian ketiganya karena serangan jantung. Namun harus tetap menunggu hasil otopsi untuk mengetahui penyebabnya secara pasti.

Namun penyebab pasti kematian ketiganya agaknya tak pernah lagi terpublikasi. Dan kini, tiba-tiba muncul pernyataan mencengangkan dari Wakil Dubes Oleg V Kopylov.(bhimo)