Jakarta, PMP – Sejumlah pakar seismologi memperkirakan guncangan ledakan besar di Pelabuhan Beirut setara gempa berkekuatan magnitudo 3,3. Pihak KBRI mengantisipasi kesulitan pasokan makanan bagi WNI karena Pelabuhan Beirut menjadi pintu masuk 70% barang-barang impor.
Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, menyatakan mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari ke depan setelah ledakan yang menyebabkan paling tidak 78 orang meninggal dan lebih dari 4.000 luka-luka.
“Yang paling utama adalah dampak ekonomi karena untuk beberapa hari ke depan (pasokan) pasti terganggu,” kata Hajriyanto seperti dikutip BBC Indonesia, pada Rabu (5/8/2020).
Baca juga: Beirut Diguncang Ledakan Besar, Minimal 78 Tewas 4.000 Terluka, 1 WNI Luka-Luka
Pihak KBRI mengimbau para WNI, terutama yang tinggal di Beirut untuk memperhatikan stok makanan dan KBRI akan memberikan bantuan bagi mereka yang kesulitan mengakses pasokan makanan.
“Kita selama pandemi COVID-19 sudah memberi bantuan secara periodik. Kami akan segera, dengan memperhatikan jadwal dan waktu, memberi bantuan yang disesuaikan dengan perkembangan baru ini,” tegasnya.
Hajriyanto juga memaparkan bahwa pemerintah Lebanon tengah mengantisipasi kemungkinan dampak kimiawi dari ledakan amonium nitrat yang menjadi sumber ledakan.
“Bahan itu harus dijaga ketat. Tidak tahu bagaimana ada info, terkena api. Sampai hari ini belum ada informasi bahwa itu adalah tindakan terorisme, tapi kecelakaan,” katanya.
Pada saat terjadi ledakan, Dubes Hajriyanto dan staf di KBRI yang berjarak sekitar delapan kilometer dari lokasi kejadian, merasa seperti terjadi gempa bumi. “Gorden-gorden jatuh,” ujarnya.(gdn)