Surabaya, pmp – Berikhtiar tanamkan pemahaman akan bahaya pelecehan seksual sejak usia dini, Tim Bramunastya yang terdiri dari lima mahasiswa ITS, menciptakan game edukasi buat anak-anak usia sekolah dasar. Sukses meraih medali emas kompetisi paper international menyisihkan 450 tim dari 20 negara.
Game edukasi tiga dimensi (3D) yang diberi nama XEGA atau Sex Education Game memenangi ajang ‘ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair’ (AISEEF) tahun 2021 yang digelar Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada 18–22 Februari lalu.
XEGA yang khusus dirancang agar anak-anak menyadari bahaya pelecehan seksual, memanfaatkan Microsoft Kodu Game Lab sebagai basis pengembangan.
Tim Bramunastya terdiri dari Aqilla Suci Fattimatuz Haya, Muhammad Adrian Fadhilah, Rendy Ichsan Hanif, Rizki Amrizal dan Hammam Dyahurrahman Yusdin yang merupakan mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS.
Menurut Aqilla Suci Fattimatuz Haya, mereka memilih mengembangkan permainan dengan model 3D karena media yang menyediakan layanan serupa, umumnya dari sisi grafis masih menggunakan model 2D dan sangat text oriented.
“Berdasarkan survei yang kami lakukan, 68% responden percaya bahwa game lebih dipilih oleh anak-anak daripada video atau teks,” kata Aqilla.
XEGA bisa diproleh secara gratis dan bisa diakses siapa saja. Bisa dimainkan melalui laptop atau computer dengan Microsoft Kodu Game Lab ter-install di dalamnya.
“Permainan XEGA dimulai di sebuah kota bernama Majapahit. Di awal permainan, anak-anak akan mendapatkan nama karakter mereka, Kartono atau Kartini, sesuai jenis kelamin,” paparnya.
Agar bisa memenangkan permainan, pemain harus menyelesaikan tiga misi utama. Setiap misi memiliki jenjang kesulitan mulai dari yang termudah.
“Pada misi pertama, anak-anak akan diminta mengenali diri mereka dan diuji, apakah mereka bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini.
Jika berhasil di misi pertama, pemain berpindah ke salah satu lokasi ramai di Kota Majapahit dan bakal bertemu beberapa orang tak dikenal yang berusaha memegang daerah privasi karakter pemain. Jika terjadi, maka karakter pemain harus berteriak meminta tolong ke keramaian agar dapat lolos ke misi berikutnya.
“Di misi terakhir, pemain diminta menyelesaikan sebuah maze dengan tujuan melarikan diri dari orang jahat,” papar Aqilla.
Sejak Agustus 2020, XEGA sudah mengalami banyak pengembangan hingga terakhir pengintegrasian XEGA dengan augmented reality dan berhasil menyabet medali emas.
Aqilla dan tim berharap XEGA dapat dimainkan seluruh anak-anak bersama orang tua agar sejak usia dini sudah sadar akan pentingnya melindungi diri dari pelecehan seksual.
“Saat ini satu-satunya batasan yang membuat mimpi kami belum menjadi nyata, karena belum semua anak-anak memiliki akses ke teknologi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan XEGA,” pungkasnya. (gdn)