Surabaya, PMP – Setiap tamu Hotel Pop Stasiun Kota Surabaya dibuat kagum saat melintas dinding hotel yang dipenuhi mural Piala Dunia U-17.
Maklum mural Bacuya ikon Piala Dunia U-17 Indonesia 2023 berupa badak bercula satu warna cokelat dibalut kostum merah putih didampingi Sulo Bolo, ikon khas Surabaya dengan latar stadion sepak bola ini menyajikan karya seni yang begitu apik.
Pantas saja, sang desainer Reno Fadhil Alkamal, FO Leader Pop Stasiun Kota dan Komang Bayu Tri Junias Sales Executive Pop Stasiun Kota bekerja sama menghias dinding di area drop off hotel selama empat hari tiga malam.
“Kesulitan paling besar adalah saya belum pernah bikin gambar karakter,” ujar Reno, Rabu (15/11).
Reno mengaku selama ini dia lebih fokus pada seni graffiti “Saya gak ada basic gambar karakter. Selama ini seringnya menggambar dengan ide-ide liar memakai font besar karena menggambarnya juga di tembok besar,” paparnya.
Reno mengatakan, menggambar karakter tidak semudah menggambar graffiti dan mural. Pasalnya gambar karakter seperti mascot piala duniadan mascot Surabaya sudah ada pakemnya, padahal selama ini dia lebih suka berkreasi dengan imajinasinya.
Reno mengaku menggambar karakter ini merupakan tantangan pertama yang dia lakukan apalagi menggambarnya di dinding hotel. Padahal selama ini rata-rata artis graffiti besar yang bisa gambar di hotel.
Karena itu, Reno mengaku mendapat kehormatan ketika diberi kesempatan menggambar di dinding hotel tempatnya bekerja itu.
Langkah pertama yang dilakukan Reno dan Komang adalah membuat sketsa stadion menggunakan tangga dan lampu sorot dari projektor.
“Sketsanya ‘ditembak’ pakai projektor ke dinding, selesai dalam 2,5 jam,” imbuh Reno.
Esoknya mereka mulai menggarap gambar stadion dan lapangan hijaunya. Proses menggambar ini semua selesai dalam 4 hari.
Keribetan lain yang dihadapi Reno dan Komang adalah merapikan garis di sisi-sisi gambar sehingga terkesan jadi tiga dimensi.
Tantangannya pada penentuan warna. Contohnya stadion yang awalnya warna merah, tabrakan dengan kostum Bacuya sehingga diganti oranye.
Kendala yang tak kalah memusingkan adalah faktor cuaca terik yang mengganggu konsentrasi. Agar fokus saat membuat maskot Sulo Bolo, Reno dan Komang sepakat menggambar Sulo dan Bolo terpisah.
“Saya bagian gambar Bolo, sedang Reno bagian Sulo. Bedanya, gambar maskot Sulo Bolo ini tanpa sketsa lebih dulu seperti waktu menggambar stadion. Langsung pakai kuas,” katanya.
Yang lama mikir ide font-nya agar sebagus mungkin, karena sudah banyak warna yang muncul tapi semuanya harus jadi satu kesatuan.
Untuk menentukan font Sulo Bolo ini mereka bahkan sampai sempat adu argumentasi dan menghabiskan satu kaleng cat semprot hanya untuk menghapus font sebelumnya.
“Menentukan font ini sampai berubah 2-3 kali agar komposisinya pas. Akhirnya kami sepakat pakai font yang ternyata justru sangat simple. Sebelumnya malah lebih rumit,” ucap Komang yang menghabiskan lima kaleng cat tembok dan 18 kaleng cat semprot.
Odex Damanik, Humas Manager Hotel Pop Stasiun Kota Surabaya mengatakan mural ini wujud partisipasi hotel turut menyemarakkan gelaran Piala Dunia U17.
“Kita nggak tahu kapan lagi Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia. Jadi kita harus bangga dengan kesempatan ini. Melalui karya seni inilah yang bisa kami ekspresikan sebagai bentuk rasa bangga itu,” kata Odex. (nas)