Surabaya, PMP – Kolaborasi antara Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN) Universitas Airlangga bersama Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) Institut Teknologi Sepuluh Nopember kembali mengukir sejarah melalui gelaran Sinox-01: Start Up and Innovation Expo di Grand City Mall Surabaya, pada Rabu (20/11/2024).
Acara yang berlangsung selama empat hari itu menampilkan 120 booth inovasi, dan itu juga menjadi momentum strategis untuk memperkuat hilirisasi produk inovasi guna mendukung kemandirian perguruan tinggi.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni UNAIR Prof Bambang Sektiari Lukiswanto Prof menyebut kolaborasi itu merupakan wujud nyata sinergi antar-institusi.
“Kolaborasi ini mencerminkan langkah substantif yang diperlukan untuk menuju kemandirian bangsa. Kita berharap produk hilirisasi perguruan tinggi dapat menggantikan ketergantungan pada impor,” katanya.
Selain itu, beliau menyoroti pentingnya dukungan ekosistem yang baik agar produk hilirisasi dapat berkelanjutan. “Sering kali, produk hilirisasi dari perguruan tinggi dan mitra tidak didukung dengan ekosistem yang memadai. Sinox-01 adalah langkah awal untuk membangun ekosistem tersebut,” tambahnya.
Tidak hanya itu, ketua panitia sekaligus Ketua BPBRIN Prof Nafik Hadi Ryandono menekankan kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dapat mewujudkan hilirisasi yang efektif.
“Kalau kita mau hilirisasi tanpa kolaborasi, itu sangatlah sulit. Kita harus menghilangkan ego masing-masing. Ini bukan lagi era kompetisi, tetapi era kolaborasi,” ungkapnya.
Gelaran Sinox-01, Unair meluncurkan sembilan produk inovasi serta platform e-commerce TOKOUA, yang dikembangkan sebagai solusi terhadap tingginya biaya sewa platform lain.
“TOKOUA ini menjadi langkah awal Unair untuk memasarkan produknya secara mandiri dan dapat digunakan bersama-sama,” jelas Prof Nafik.
Sementara itu, ITS memperkenalkan delapan inovasi unggulan, termasuk robot service dan teaching factory. Rektor ITS, Prof Bambang Pramujati menegaskan bahwa produk inovasi harus melangkah lebih jauh dari sekadar pameran.
“Kalau kita hanya berhenti di pameran dan jurnal, maka produk ini tidak akan pernah sampai ke masyarakat. Triple helix harus berjalan, melibatkan perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, Sinox-01 bukan hanya tentang memperkenalkan produk inovasinya saja, tetapi dapat mengurangi ketergantungan perguruan tinggi pada biaya pendidikan mahasiswa.
“Mayoritas pendapatan perguruan tinggi masih bergantung pada UKT dan SPP mahasiswa. Dengan produk inovasi seperti ini, kita bisa menciptakan sumber pendapatan baru,” jelasnya. (nas)