HeadlineIndeksNusantara

Hanan Attaki: Muslim yang Ideal adalah yang Proporsional

×

Hanan Attaki: Muslim yang Ideal adalah yang Proporsional

Sebarkan artikel ini

SURABAYA, PMP – Pendakwah kondang Ustadz Hanan Attaki mengajak generasi milenial dan gen Z belajar untuk menjadi muslim yang tawazun (proporsional) yang bisa menjaga keseimbangan dalam segala aspek kehidupan agar menjadi muslim yang ideal.

Ajakan ini disampaikan Hanan di depan ribuan peserta Kajian Senja bertema ‘Produktif, Religius, Bahagia: Gaya Hidup Muslim Millenial Masa Kini’ yang digelar Bank Indonesia (BI) untuk menyemarakkan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Jawa 2025 di Masjid Al-Akbar Surabaya, Jumat (12/9).

“Saya pengen ngajak kalian belajar menjadi seorang muslim yang tawazun, artinya proporsional. Sebagaimana ajaran Rasulullah, muslim yang ideal itu yang proporsional, tidak yang terlalu kaku tapi juga tidak yang kehilangan arah,” kata Hanan.

Lebih jauh Hanan menjelaskan tawazun juga bermakna keseimbangan antara urusan dhohir (fisik) dengan batin, urusan dunia dan akhirat, urusan agama dan finansial/ teknologi, urusan pribadi dan keluarga, urusan masyarakat, negara dan seterusnya.

Baca Juga :  Gubenur Khofifah Terima Uang TE 2022 Pertama di Jatim

Nabi mengajarkan muslim terbaik itu ternyata bukan yang membebankan diri sendiri melebihi batas kemampuan kita dalam satu urusan (takalluf) dan bukan yang terlalu ekstrem dalam segala urusan (Tasyaddud).

“Ini karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai teladan terbaik kita adalah laki-laki yang sangat ideal dalam segala hal. Beliau adalah orang yang sangat bisa membuat keseimbangan dalam segala urusan,” katanya.

Dalam hal keseimbangan, lanjut Hanan, Islam merupakan agama yang tak hanya mementingkan perilaku/attitude (sikap/akhlak) namun juga penampilan (fisik) itu penting.

Hanan menjelaskan Nabi Muhammad sangat menjaga penampilan, badannya dijaga, dan janggutnya rapi. Penampilan itu penting dalam ibadah, malaikat pun suka dengan aroma harum pada orang yang sedang shalat. “Makanya hadiah parfum adalah hadiah yang tidak boleh ditolak,” imbuhnya.

Baca Juga :  Fesyar Regional Jawa 2021 Dorong Digitalisasi Ekonomi Syariah

Penampilan dan perilaku itu menjadi pertimbangan pernikahan. Nabi bersabda, perempuan itu dinikahi karena empat hal yakni Shuroh (Penampilan), Siroh (perilaku/akhlak/adab), Sariroh (mindset/ kesehatan mental), dan agama.

Islam sangat memikirkan penampilan, bahkan Nabi bersabda pertimbangan perempuan untuk dinikahi itu yang pertama adalah jika dipandang akan menyenangkan, jadi penampilan itu penting dalam Islam. Bukan hanya pencitraan tapi penampilan bisa menjadi branding untuk Islam.

“Penampilan itu bukan sekadar pencitraan, karena penampilan saya yang bukan GenZI juga menarik perhatian teman non-Muslim dari Korea untuk belajar islam, jadi penampilan itu juga bermakna penting untuk dakwah. Teman dari Korea itu tertarik belajar Islam, karena saya itu pendakwah tapi bukan kayak ulama dan itu menarik baginya, karena bisa belajar agama secara menyenangkan, bahkan saya ajari Islam juga di kafe,” katanya.

Baca Juga :  BI Rekomendasikan Empat Strategi Kunci Menjaga Perekonomian Jatim

Selain penampilan/shuroh (fisik),  perilaku/siroh (sikap/ adab/attitude/akhlak) juga penting dalam pandangan Islam, terutama pandangan dari non-Muslim yang tidak mengenal Islam, bahkan perilaku itu mengalahkan ayat, akhlak itu mengalahkan narasi.

“Misalnya, perilaku tidak membuang sampah sembarangan, jujur, mau antre, tidak mengganggu orang lain, tidak korupsi, sering berterimakasih, dan sikap lainnya, bahkan Nabi itu sangat memiliki adab di meja makan, kalau ada yang tidak disukai pun hanya diam. Yang aneh itu orang Jepang, bukan Islam tapi bersih,” katanya.

Sebagai penutup kajian, Ustadz Hanan Attaki menyebutkan dua pertimbangan lain dalam pernikahan adalah Sariroh/mindset (jiwa/mental yang sehat) dan agama.  Kesehatan mental dalam Islam itu penting dan caranya dengan percaya/iman pada takdir, maka kita tidak akan mudah trauma dan sedih, ibadah pun menjadi asyik,” katanya. (hap)