Surabaya, PMP – Bank BPR Jatim Bank UMKM Jawa Timur –dikenal sebagai Bank UMKM– membagikan dividen Rp 9,4 miliar bagi para pemegang sahamnya di masa pandemi. Angka itu 55% dari laba bersih tahun 2019 yang total mencapai Rp 17,2 miliar.
Kabar pembagian dividen hasil RUPS disampaikan Direktur Utama Bank UMKM Yudhi Wahyu Maharani (53) yang telah menakhodai bank BPR milik Pemprov Jatim itu sejak Maret 2018.
Yudhi yang hobi bersepeda itu juga memaparkan bahwa kinerja Bank UMKM hingga Juni 2020, atau empat bulan setelah muncul COVID-19, tetap menunjukkan grafik pertumbuhan.
“Alhamdulillah kinerja perseroan enam bulan pertama 2020 terus menunjukkan pertumbuhan meski telah masuk masa pandemi,” ujar alumni akuntansi dan peraih gelar magister manajemen Universitas Airlangga di usia 31 tahun itu.
Berbagai raihan Bank UMKM yang mayoritas nasabahnya pengusaha mikro, kecil dan menengah di Jatim itu, tak lain berkat polesan Yudhi yang mengaku tak pernah bermimpi menjadi dirut bank karena cita-citanya justru masuk Akademi Militer.
Bagaimana strateginya mendongkrak kinerja Bank UMKM? Bagaimana kiatnya merangkul para pelaku usaha kecil? Atau mengapa begitu menikmati naik sepeda kebo (kerbau–sepeda kuno)? Berikut wawancaranya:
Bagaimana kondisi Bank UMKM di masa pandemi?
Alhamdulillah kinerja perseroan enam bulan pertama 2020 terus menunjukkan pertumbuhan meski telah masuk masa pandemi. Aset kami Rp 2,49 triliun per Juni 2020 atau naik dibanding Juni 2019 sebesar Rp 2,31 triliun.
Penyaluran kredit Rp 1,977 triliun juga naik dibanding tahun lalu Rp 1,874 triliun. Begitu juga Dana Pihak Ketiga menjadi Rp 1,859 triliun dari Rp 1,63 triliun. Perinciannya dana tabungan Rp 542,50 miliar (sebelumnya Rp 509,9 miliar) dan deposito Rp 1,316 triliun (sebelumnya Rp 1,121 triliun).
Kabarnya baru membagikan dividen?
Berdasarkan hasil RUPS Sirkuler Bank UMKM, sebanyak 55% dari perolehan laba bersih 2019 dibagikan sebagai dividen bagi pemegang saham. Total perolehan laba Rp 24,796 miliar dan bayar pajak Rp 7,6 miliar, sehingga laba bersih Rp 17,167 miliar.
Sebanyak 55% dari laba bersih atau Rp 9,442 miliar dibagikan dalam bentuk dividen. Rinciannya untuk Pemprov Jatim Rp 8,148 miliar, pemda kabupaten/kota Rp 1,267 miliar dan Dana Pensiun Pegawai (DPP) Bank Jatim Rp 26,24 juta.
Sementara sisanya 45% dipergunakan cadangan 20%, CSR 3%, tantiem 4%, jasa produksi 8%, serta 10% dana kesejahteraan karyawan yang masih aktif hingga Desember 2019.
Bagaimana dampak pandemi bagi Bank UMKM?
Mau tidak mau mendorong kami merevisi target pertumbuhan. Awalnya kami menargetkan 9% sama seperti tahun lalu. Bahkan dengan kemampuan SDM saat ini, saya optimis tumbuh 10%. Namun akibat pandemi dan kebijakan restrukturisasi kredit, kami harus realistis dengen merevisinya menjadi 2% – 3% seperti kami laporkan OJK.
Adakah sisi positif pandemi?
Tetap ada. Para nasabah yang sebelumnya menempatkan dananya di BPR lain, kini mereka mencari aman dengan menempatkan dananya di BPR yang dinilai kuat, sehat, serta stabil, di mana ketiganya ada di Bank UMKM. Jadi justru nasabah yang mencari kami di masa pandemi ini. Hal itu terlihat pada Juni 2020, di mana penghimpunan dana masyarakat naik. Bank UMKM harus menjaga kepercayaan itu.
Bagaimana kiat menjaga kepercayaan nasabah?
Tentu meningkatkan kinerja dan mengembangkan jangkauan usaha. Salah satunya menambah modal dasar. Jika nanti disetujui RUPS Luar Biasa, kami ingin mengubah anggaran modal dasar dari Rp 500 miliar jadi Rp 1,6 triliun. Dengan ‘rumah’ yang lebih besar, tentu jangkauan pasar kami bisa lebih luas.
Saat ini modal dasar Rp 500 miliar dengan modal tersetor Rp 418,48 miliar, plafonnya sudah terlalu mepet. Padahal ada beberapa pemda kabupaten atau kota yang berencana menambah modal dasar, mulai dari Rp 1,5 miliar, Rp 4 miliar, Rp 5 miliar, Rp 60 miliar, hingga Rp 100 miliar.
Alhamdulillah Pemprov Jatim sebagai pemegang saham mayoritas Bank UMKM bakal memberi dukungan penuh dengan menyetor tambahan modal Rp 500 miliar. Saat ini pembahasan perdanya sudah dilakukan di DPRD Jatim. Harapannya bisa segera terealisasi.
Apa harapan lain?
Kami belum boleh puas karena masih banyak pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Jatim yang belum tersentuh Bank UMKM. Saya ingin para UMKM di Jatim yang butuh modal larinya ke Bank UMKM. Saya tak mau Bank UMKM cuma jadi penonton.
Apa hobi di waktu senggang?
Saya hampir selalu melewatkan pagi dengan bersepeda. Bagi saya bersepeda itu menyenangkan karena ada iramanya, kapan harus ngerem, ngegas, atau ambil napas. Dan itu bisa diterapkan di dunia kerja. Bahkan saya berprinsip harus mampu menguasai irama kerja seperti menguasai irama bersepeda.
Strategi irama bersepeda sudah saya terapkan sejak masih tugas di Bank Jatim. Bahkan saya terapkan saat membenahi SDM Bank UMKM yang jumlahnya 1.100 karyawan. Menata orang itu sama seperti menata irama bersepeda, harus paham momentum yang tepat.
Apa sepeda kesayangan?
Selain sepeda sport, saya memiliki dua sepeda kesayangan, yakni sepeda kebo buatan 1928 dan sepeda peninggalan kakek buyut produksi 1948. Keduanya masih mulus dan laik genjot.
Ada keunikan tersendiri naik sepeda kebo. Juga ada strategi khusus agar bisa laju di jalanan dan tidak bablas saat ngerem. Alhamdulillah tidak pernah njlungup (jatuh). Hahaha…
Ada hobi lain?
Saya suka bermain rubik, permainan asah otak kubus enam warna yang targetnya menyeregamkan di tiap sisi. Strategi rubik juga saya pakai saat menata SDM Bank UMKM.
Sebab saya harus jeli menempatkan setiap SDM pada posisi yang pas di saat kondisi perusahaan tidak begitu bagus. Laiknya permainan rubik, saya kelompokkan dulu warna-warna SDM, lalu pada saat yang tepat, saya tempatkan mereka di posisi tertentu sehingga bisa harmoni dan pas. Alhamduillah lancar.
Apa kiat agar bisa jadi dirut bank?
Saya sendiri tak pernah bermimpi jadi dirut bank karena justru pingin masuk Akmil atau kuliah di Fakultas Elektro ITS.
Lulus SMA Negeri Kertosono saya mendaftar Akmil namun gagal karena berat badan kurang satu strip. Padahal minimal hanya 50 kg. Saya dulu kurus parah. Hahaha…
Saya juga ikut Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), pilihan pertama Akuntansi dan Fisipol Unair. Ternyata lolos Akuntansi, juga lolos tes D-3 elektro ITS.
Saya minta pertimbangan ke Ibu saya, pilih D-3 ITS atau S-1 Unair? Ibu pilih S-1 Unair dan saya manut. Namun setahun kemudian saya berniat ikut Sipenmaru lagi agar bisa kuliah S-1 di Teknik Elektro ITS.
Saya minta izin, Ibu merangkul dan bilang, ‘Gak eman (tidak sayang) kamu kuliah sudah setahun? Mending kamu kuliah sambil cari kerja, cari uang agar dapat duit banyak’. Saya terhenyak. Setelah itu saya kubur keinginan kuliah di ITS.
Apa hikmah mengikuti nasihat Ibu?
Pesan Ibu ternyata benar. Selama kuliah akuntansi, saya diajak beberapa dosen terlibat berbagai proyek terkait tata kelola keuangan seperti koperasi, BUMD, atau entitas bisnis lainnya. Ikut proyek tiga bulan di koperasi dapat uang Rp 300 ribu sudah senang sekali. Sudah bisa mbandani sembarang kalir (membeli berbagai keperluan).
Selain itu saya mulai merasa bahagia bisa membantu pengurus koperasi membuat laporan keuangan yang bagus dan bankable. Saya mulai menikmati ilmu akuntansi.
Setelah lulus tahun 1990, saya bekerja di kantor akuntan publik di Surabaya. Saya pun mengaudit keuangan entitas bisnis besar seperti Hotel Sahid, Semen Gresik, Petro Kimia, atau Finna Group.
Bahkan saya terlibat menyusun laporan keuangan Indospring saat go public. Makanya ketika Bank Jatim go public pada Juli 2012, saya sudah paham segala sesuatu yang dibutuhkan, termasuk kondisi pasar saham. Saya anggota tim yang membidani Bank Jatim go public.
Ada pengalaman lain berkat akuntansi?
Setahun di kantor akuntan publik, saya pindah ke perbankan yakni Sejahtera Bank Umum menjadi staf biro audit kontrol. Di bank yang di antaranya memiliki cabang di Medan atau Bandung inilah, saya mulai mengenal bisnis beras atau kelapa sawit karena nasabahnya petani atau pengusaha komoditas tersebut.
Saya orang lapangan, jadi saya paham bagaimana perjalanan bisnis sawit. Kalau sekarang kelapa sawit dikuasai Malaysia, saya paham sebabnya. Jadi alhamdulillah, saya bisa mengenal seluk-beluk berbagai sektor usaha justru dari akuntansi. Alhasil petuah Ibu saya benar. Sayang sebelum saya jadi akuntan, beliau sudah lebih dulu dipanggil Sang Khalik.
Bagaimana bisa masuk Bank Jatim?
Saat krisis ekonomi 1998, Sejahtera Bank Umum dilikuidasi. Saat itu saya masuk tim likuidasi yang bertugas menjual aset perusahaan. Kondisi hanya tunggu pembeli membuat saya kesal dan bertekad tak ingin kerja perbankan lagi.
Saya mencoba melamar kerja bidang lain, termasuk smelting di Gresik punya Mbak Tutut (Siti Hardiyanti Indra Rukmana). Sayang setelah diterima ternyata bisnis ditunda karena krisis.
Pada Agustus 1998, Dirut Bank Jatim meminta saya bergabung akibat kondisi bank sulit di masa krisis. Saya mengawali sebagai anggota Dewan Audit. Saya terakhir di Bank Jatim sebagai Kepala Divisi Perencanaan Strategis dan Manajemen.
Apa yang membuat anda menerima amanah jadi Dirut Bank UMKM?
Terus terang melepas Bank Jatim berat juga. Saya sholat istikharah dan ternyata petunjuknya terus ke BPR. Ternyata begitu saya ambil, saya justru menikmati mengurus nasabah para UMKM. Karena saya anak desa, tak kaget urus pelaku UMKM yang mayoritas juga tinggal di desa.
Apa yang anda lakukan saat awal jadi Dirut?
Selama dua tahun saya fokus menata SDM. Hal pertama mengubah mindset seluruh SDM, bahwa mengelola nasabah pelaku UMKM berbeda dengan nasabah lain.
Saya juga tekankan agar SDM aktif terjun ke lapangan untuk menyapa para pelaku usaha mikro, menengah dan kecil. Ibarat sepak bola, karyawan Bank UMKM harus bertipe agresif dan menyerang. Jika karyawan BPR hanya duduk-duduk di kantor, ya pasti bankmu bakal sepi.
Apa yang anda tekankan pada karyawan di masa pendemi?
Saya selalu menekankan seluruh jajaran Bank UMKM agar terus menjaga komunikasi dengan nasabah dan para pelaku UMKM. Setidaknya kami harus terus memberi keyakinan dan motivasi kepada para pengusah kecil dan menengah agar mereka tetap kuat dan tegar.
Kami juga terus membantu mencarikan jalan keluar dan inovasi agar usaha mereka bisa tetap berjalan. Bank UMKM harus ikut menjaga seluruh nasabah agar tetap optimis dan bisa melalui pandemi dengan baik.(hapsah)