PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Wow

Optimalisasi Listrik Buat Hidroponik, Lampu UV Tingkatkan Produktivitas Tanaman di Wisata Tani Betet

Wisata Tani Betet PLN Peduli
PLN UID Jatim dukung pengembangan sistem hidroponik dengan memanfaatkan sinar lampu UV di Wisata Tani Betet. (Humas PLN)

Surabaya, pmp – Pemanfaatan lampu ultra violet (UV) untuk tanaman hidroponik yang diterapkan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Buana Lestari yang berlokasi di Wisata Edukasi Tani Terpadu (WETT) Betet, Desa Betet, Ngronggot, Nganjuk, terbukti sanggup tingkatkan produkivitas tanaman sehingga siap dipanen dalam 30 hari hingga 35 hari atau lebih cepat dari waktu panen normal 45 hari.

P4S Buana Lestari dan WETT Betet yang populer disebut masyarkat sekitar sebagai Wisata Tani Betet (WTB) merupakan penerima program PLN Peduli dari PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur.

Pada akhir tahun 2020 lalu, P4S Buana Lestari didukung PLN UID Jatim mulai mengembangkan sistem hidroponik dengan memanfaatkan sinar lampu UV. Mereka menerapkannya di green house berukuran lebar 4 meter dan panjang 8 meter yang terletak di salah satu sudut WETT Betet. Tujuannya mencoba mengoptimalisasikan penggunaan listrik untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Menurut Ahmad Syaikhu, Ketua P4S Buana Lestari Jawa Timur, edukasi menanam hidroponik sangat digemari masyarakat. “Telah banyak pihak yang menghubungi kami untuk mempelajari teknik pengairan dan penyinaran lampu UV tersebut,” katanya, Jumat (22/1/2021).

Wisata Tani Betet PLN Peduli
Green house di Wisata Tani Betet yang mempergunakan lampu UV untuk tingkatkan produktivitas tanaman. (Humas PLN)

Sementara menurut Asrori yang merupakan motor penggerak program hidroponik sinar lampu UV di WETT Betet, teknik hidroponik dengan memanfaatkan sinar lampu UV sebagai pengganti cahaya matahari di malam hari telah membuat pertumbuhan tanaman lebih optimal.

“Ini disebabkan tanaman akan tetap berfotosintesis dengan bantuan sinar lampu UV meskipun di malam hari. Tanaman sayur organik dengan metode hidroponik di Betet yang memanfaatkan aliran listrik untuk penerangan sinar lampu UV di malam hari juga pengairannya, telah membuat nutrisi yang dibutuhkan tanaman terus terjaga serta mendapatkan cukup sinar selama 24 jam penuh,” ujar Asrori.

Baca Juga :   PLN Galang Kolaborasi Teknologi Hijau di Tingkat Global

Menurutnya, sistem pengairan yang stabil dan penerangan dengan lampu UV di malam hari telah membuat sayur organik dapat dipanen hanya dalam waktu 30 hari – 35 hari, atau lebih cepat dari waktu normalnya yakni 45 hari.

“Beratnya pun bisa mencapai 200 gram-250 gram untuk setiap batang tanaman. Tentunya lebih berat dari hidroponik biasa yang hanya mencapai 150 gram per batang tanaman,” tambahnya.

Hal yang perlu diingat, menurutnya, lampu yang digunakan sebagai penerangan di malm hari haruslah lampu khusus yang biasa disebut GROW LED yang memancarkan spektrum cahaya ultra violet. Jarak antar lampu pun harus ideal, di mana 1 lampu untuk luasan 2 meter persegi dengan tinggi 150 cm dari tanaman.

Selain masa panen lebih cepat dan berat tanaman lebih tinggi, menurut Asrori, kualitas tanaman hidroponik dengan sinar lampu UV ternyata memiliki daun lebih cerah dan akar yang berwarna putih cerah yang menjadi indikator tanaman tersebut sehat.

“Dari segi rasa juga tidak perlu khawatir, sekaligus juga aman untuk langsung dikonsumsi,” imbuhnya.

Wisata Tani Betet PLN Peduli
Selada yang ditanam secara hidroponik di green house WTB. (Humas PLN)

Peluang Bisnis Menjanjikan

Pemanfaatan sinar lampu UV terhadap hidroponik sebenarnya telah diteliti tim dari Fakultas Pertanian, Universitas Lampung di tahun 2015, di mana hasilnya menunjukkan bahwa pemanfaatan lampu LED pada tanaman selada dengan sistem hidroponik telah mendorong pertumbuhan vegetatif terbaik pada tanaman selada tersebut.

Hasil penelitian ini menjadi salah satu pendorong bagi para pelaku hidroponik mulai mengembangkan sistem hidroponik menggunakan sinar lampu UV untuk meningkatkan produktivitas tanamannya. Hidroponik atau teknik menanam dengan media air mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an, dikenal sebagai urban farming atau bertani di perkotaan yang kini sangat digemari masyarakat terutama mereka yang memilki lahan terbatas.

Baca Juga :   PLN UIT JBM Rampungkan Pembaruan Material GITET 500 kV Krian, Sukses Dukung Piala Dunia-U-17

Kini di masa pandemi COVID-19, tuntuan pola hidup sehat dan mengonsumsi makanan sehat ternyata telah meningkatkan permintaan pasar terhadap sayuran dan menjadikan tanaman hidroponik sebagai salah satu primadona layak dikonsumsi.

Jika melihat hasil yang telah diterapkan P4S Buana Lestari di WETT Betet, sistem hidroponik dengan sinar lampu UV memberi prospek menjanjikan. P4S Buana Lestari telah membuat kalkulasi bisnis hidroponik menggunakan lampu UV.

Investasi awal hidorponik tergantung skala yang diinginkan. Skala kecil rumah tangga dengan tempat tanam 40 lubang, investasi yang dikeluarkan untuk starter kit hidroponik dengan sinar lampu UV sekitar Rp 1,8 juta.

Sementara biaya operasional listrik sejak tanam hingga panen hanya sekitar Rp 100 ribu. Adapun hasil panen untuk setiap lubang berkisar 200 gram-250 gram, atau sekitar 10 kg dari 40 lubang. Jika harga per kg sayuran dipasaran mencapai Rp 25 ribu, maka total diperoleh omset sekitar Rp 250 ribu setiap panen.

Jika memanfaatkan lampu UV, maka panen dalam setahun bisa dilakukan 9 kali sampai 12 kali, berbeda dengan sistem hidroponik tanpa lampu UV yang hanya 6 kali hingga 9 kali panen. Artinya omset hidroponik memanfaatkan lampu UV dalam setahun adalah Rp 250 ribu dikali 9 kali atau 12 kali panen, atau berkisar antara Rp 2,250 juta hingga Rp 3 juta.

Baca Juga :   Ini Cara Dapatkan Token Listrik Gratis PLN Bulan Juli
Wisata Tani Betet PLN Peduli
Lampu UV di green house Wisata Tani Betet atau WTB. (Humas PLN)

Adapun untuk skala hobi dengan 200 lubang tanam, investasi untuk starter kit hidroponik dengan sinar lampu UV sekitar Rp 7,5 juta.

Dibutuhkan biaya operasional sekitar Rp 465 ribu sejak tanam hingga panen. Penanaman 200 lubang bakal menghasilkan sekitar 50 kg sayuran atau pendapatan Rp 1,250 juta sekali panen. Jika dikurangi biaya operasional Rp 465 ribu, maka keuntungan Rp 785 ribu sekali panen.

Apabila keuntungan diakumulasikan 1 tahun, di mana panen dilakukan 9 kali hingga 12 kali, maka keuntungan sekitar Rp 7.065 ribu hingga Rp 9.420 ribu. Keuntungan dari 12 kali panen ini bahkan ternyata sudah bisa menutup biaya investasi awal pembelian starter kit Rp 7,5 juta.

Perhitungan yang sama juga berlaku untuk skala industri dengan 2.000 lubang tanam, di mana investasi yang diikeluarkan meliputi starter kit hidroponik NFT 2000 lubang dengan sinar lampu UV, juga green house 8 meter x 20 meter. Biaya yang dikeluarkan juga akan berbanding lurus dengan hasil panen yang diperoleh.

Artinya sistem hidroponik dengan sinar lampu UV memiliki prospek cerah, selain membangun ketahanan pangan dengan pola hidup sehat.

A Rasyid Naja, Senior Manager General Affairs PLN UID Jawa Timur, menyatakan gembira bahwa program PLN Peduli yang digagas untuk meningkatkan pemberdayaan petani melalui metode hidroponik dengan sinar lampu UV ternyata menghasilkan manfaat bagi masyarakat.

“Sesuai visi dan misi PLN, kami akan terus beroperasi memberikan pelayanan ketenagalistrikan yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta peduli terhadap lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik” pungkas A Rasyid Naja.(hps)