PenaMerahPutih.com
Headline Indeks Polkam

Vaksin Nusantara Bakal Dipinang Turki

Ilustrasi vaksin virus corona (Foto Reuters)

Surabaya, pmp  – Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga Prof. Chairul Anwar Nidom mengemukakan ketertarikan Pemerintah Turki untuk membeli vaksin Nusantara berbasis sel dendritik dari Indonesia.

“Yang jelas, memang luar negeri sudah ada yang minat. Saya dapat informasi dari Dokter Terawan Agus Putranto (penggagas vaksin Nusantara) bawa ada keinginan dari negara Turki membeli vaksin Nusantara,” kata Chairul Anwar Nidom, dilansir Antaranews, Rabu (25/8/2021).

Dalam dialog di kanal Youtube Siti Fadilah, Kamis (19/8/2021), Nidom menyampaikan bahwa vaksin Nusantara rencananya akan dipesan negara Turki sebanyak 5,2 juta dosis.

“Pada acara tersebut saya sampaikan bawa untuk tindak lanjutnya apakah nanti akan dikelola G to G (antarpemerintah) atau antar-business to business (transaksi bisnis) saya enggak tahu,” katanya.

Baca Juga :   RSUD dr Soetomo Sulap Lima Kontainer Tampung Pasien COVID-19

Menurut Nidom, pemerintah Turki bahkan menawarkan uji klinik untuk fase 3 vaksin Nusantara dilakukan di negara mereka.

“Untuk Turki, vaksin Nusantara ini justru menguntungkan, karena terus terang bahwa vaksin Nusantara ini dari aspek risiko toksisitas (keracunan), faktor sosial agama itu kan nggak ada masalah. Jadi kalau dia bisa menangkap itu, paling tidak negara Islam akan di-cover sama Turki,” katanya.

Nidom menilai vaksin Nusantara merupakan potensi bagi Indonesia untuk dijadikan aspek ekonomi berkat terobosan baru dalam teknologi kesehatan dari sebuah vaksin yang sudah berumur 300 tahun itu.

Berdasarkan pengamatan aspek sains, pada uji klinik fase 1 dan 2 pada para relawan, tidak ditemukan masalah, bahkan para relawan merasa lebih nyaman usai penyuntikan vaksin Nusantara.

Baca Juga :   Aplikasi PlasmaHUB ITS Persingkat Matching Pendonor dan Pemohon Plasma Konvalesen

“Perbedaannya, vaksin Nusantara karena sel dendritik itu tidak terjadi inflamasi, sementara vaksin yang konvensional ini akan terjadi inflamasi,” katanya.

Inflamasi yang dimaksud adalah kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang kerap dialami peserta vaksinasi COVID-19 seperti reaksi demam, kepala pusing, bengkak, bercak kemerahan dan sebagainya usai seseorang menerima suntikan vaksin konvensional.

“Vaksin konvensional yang saya maksud adalah yang berbasis inactivated virus (virus yang dimatikan) maupun platform mRNA. Teknologi memasukkan sesuatu ke dalam tubuh seseorang dengan bahan asing itu adalah konvensional,” katanya.

Sedangkan sel dendritik pada vaksin Nusantara diterapkan dengan cara mengeluarkan ‘mesin’ di dalam tubuh untuk diolah di luar tubuh, kemudian setelah aktif dimasukkan kembali ke dalam tubuh penerima manfaat.

Baca Juga :   Sehari 7 Kematian COVID-19 di Jatim, Terendah Selama Pandemi

“Vaksin Nusantara menerapkan teknologi baru,” kata Nidom. (els)