PenaMerahPutih.com
EkbisHeadlineIndeksMakro

BI Rekomendasikan Empat Strategi Kunci Menjaga Perekonomian Jatim

Kepala Perwakilan BI Jatim Doddy Zulverdi

Surabaya, PMP – Perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2023 terpantau melanjutkan perbaikan dengan tumbuh 4,95% dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy).

“Ini didorong menguatnya konsumsi baik belanja Pemerintah maupun Rumah Tangga serta meningkatnya kinerja sektor perdagangan,” kata  Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Timur Doddy Zulverdi pada Bincang Bareng Media (BBM) di kantor KPwBI Jatim, Selasa (6/6/2023).

Namun demikian, lanjut Doddy, perlambatan investasi serta menurunnya kinerja ekspor menahan pertumbuhan ekonomi Jatim untuk tumbuh lebih tinggi lagi.

“Oleh karena itu, penting untuk menjaga konsumsi masyarakat serta mendorong kolaborasi fiskal pusat dan daerah dalam rangka mendukung perbaikan kinerja investasi,” katanya.

Guna menjaga perekonomian Jatim tetap stabil, Doddy menyampaikan rekomendasi 4 strategi kunci.

Keempat strategi kunci tersebut adalah 1) Penguatan peran Jawa Timur sebagai ekspor industri manufaktur melalui percepatan hilirisasi agroindustri, peningkatan utilisasi kawasan industri, peningkatan ekspor, dan peningkatan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan.

Baca Juga :   BI Kolaborasi Pemprov Jatim Gelar JILFA 2023 Dorong Akselerasi Investasi Jawa Timur

2) Memperkuat peran Jawa Timur sebagai lumbung pangan nusantara melalui penguatan infrastruktur pangan, pertanian berbasis teknologi, dan kerja sama antar daerah melalui GNPIP (Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan) serta perluasan pembiayaan rantai pasok.

3) Penguatan optimalisasi proses digitalisasi ekonomi Jawa Timur meliputi optimalisasi penggunaan QRIS, lokapasar dan perdagangan elektronik untuk UMKM, Elektronifikasi Transaksi Pemerintah (ETP), dan penguatan infrastruktur digital yang lebih merata, serta

4) Meningkatkan inklusivitas ekonomi Jawa Timur melalui pariwisata, UMKM, dan ekonomi syariah.

“Pada triwulan II-2023, kinerja ekonomi Jatim terindikasi melanjutkan perbaikan sejalan dengan potensi keyakinan konsumen yang membaik, Prompt Manufacturing Index (PMI) yang masih tinggi di atas 50% (ekspansi), tren penjualan eceran yang positif, prognosa produksi tanaman pangan dan hortikultura yang meningkat, serta peningkatan kinerja mayoritas kegiatan usaha sektor prioritas,” jelas Doddy.

Perbaikan ekonomi tersebut disertai dengan laju inflasi gabungan kota/kabupaten pada Mei yang kembali turun menjadi 5,02% (yoy) dibandingkan April 2023 (5,35%, yoy).

Baca Juga :   Inflasi Terjaga, BI Optimis Perekonomian Jatim Pulih Pasca Covid-19

Penurunan ini diharapkan dapat berlanjut dan mencapai rentang sasaran inflasi nasional, meskipun terdapat tantangan menjelang HBKN Idul Adha.

Sinergi dan kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim diharapkan akan dapat mengendalikan inflasi jelang momentum Hari Raya Idul Fitri 2023.

Lebih lanjut Doddy menyampaikan bahwa kinerja intermediasi perbankan Jawa Timur pada April 2023 menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terutama pada kredit kelompok korporasi dan rumah tangga.

Terkait perkembangan sistem pembayaran, BI Jatim terus mendorong digitalisasi sistem pembayaran, diantaranya melalui transaksi e-commerce dan uang elektronik yang tercatat tumbuh positif.

Minat penggunaan transaksi non-tunai masyarakat Jatim juga meningkat sejalan dengan perkembangan QRIS yang menggembirakan.

Per April 2023, Jawa Timur berhasil memenuhi 28,01% dan 43,6% dari target pengguna dan volume transaksi QRIS untuk tahun 2023.

Untuk dapat mencapai target sampai dengan akhir 2023, BI akan terus mengintensifkan edukasi dan literasi kepada masyarakat, termasuk inovasi fitur pada QRIS seperti Tarik Transfer dan Setor, serta QRIS lintas negara yang telah diterapkan dengan Thailand dan Malaysia.

Baca Juga :   Deputi Gubernur Senior BI Edukasi Pemanfaatan Local Currency Settlement di Jatim

Pada tahun 2023, kinerja ekonomi Jawa Timur diprakirakan akan bertumbuh positif pada kisaran 4,6– 5,4% (yoy) disertai laju inflasi IHK yang yang terus menurun ke dalam rentang sasaran.

Faktor yang menjadi pendorong terkendalinya inflasi di tahun 2023 adalah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan penyakit tanaman yang terkendali sehingga mengurangi risiko gagal panen, optimalisasi penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak sehingga lebih terkendali, dampak kenaikan BBM pada September 2022 yang telah selesai, dan harga komoditas global, khususnya energi yang menunjukkan tren penurunan.

“Meskipun kinerja ekonomi termoderasi, tetapi masih terdapat ruang untuk tumbuh dengan menjaga konsumsi rumah tangga, mendorong investasi, dan mengoptimalkan industri pengolahan,” kata Doddy. (nas)