PenaMerahPutih.com
HeadlineIndeksWow

Kuil Nishi Honganji, Warisan Hebat Arsitektur Budha di Kyoto Jepang

Nishi Honganji
Indahnya pohon Gingko di Kuil Nishi Honganji pada bulan November. Pohon Gingko ini diperkirakan berusia 400 tahun.(kyotostation.com)

Kyoto, PMP – Kyoto sangat identik dengan kuil dan sejarah. Kota di Pulau Honsu Jepang ini memiliki banyak bangunan bersejarah yang sudah mendapat pengakuan UNESCO. Jarak antara satu kuil dengan kuil lainnya berdekatan dan lokasinya mudah dijangkau dari pusat keramaian kota. Kuil Nishi Honganji salah satu yang wajib dikunjungi.

Belum sempurna kunjungan ke prefektur yang merupakan bagian dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto ini, jika belum mampir ke Nishi Honganji yang juga disebut Nishi Hongwanji.

Sebab selain mendapat pengakuan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia dari UNESCO, bangunan bersejarah ini kerap menjadi pusat pergelaran seni dan budaya nasional dan internasional. Salah satunya Festival Kyoto International Film and Art yang nyaris setiap tahun digelar di sini.

Kuil Nishi Honganji menjadi contoh luar biasa dari arsitektur Budha yang masih berdiri kokoh di jantung Kota Kyoto, sebagai pusat pembelajaran Agama Budha kontemporer dan menjadi pusat aliran Jodo Shinshu, Nishi Honganji memiliki catatan sejarah panjang yang menarik untuk ditelisik lebih dalam.

Amidado-mon, Nishi Honganji
Gerbang selatan disebut Amidado-mon, bernuansa warna keemasan.(kyotostation.com)

National Treasures of Japan

Pagar tinggi, megah nan artistik akan menyambut kedatangan para tamu di Kuil Nishi Honganji. Perlu tenaga ekstra untuk berjalan-jalan mengelilingi area kuil yang teduh dan sangat luas.

Bangunannya memiliki banyak keistimewaan, seperti beberapa pintu gerbang. Gerbang pertama yang juga pintu masuk utama disebut Goeido-mon, berada di sebelah timur bernuansa monokrom. Gerbang lain di selatan disebut Amidado-mon, bernuansa warna keemasan dengan hiasan sangat indah. Di bagian lain, terdapat gerbang Ogenkan-mon yang dibangun sejak 1847, meski tidak seindah dua gerbang sebelumnya.

Baca Juga :   Shamisen: Gitar Tradisional Para Geisha, Eksis di Blantika Musik Modern

Para tamu dijamin bakal terkagum melihat  keindahan pintu gerbang kuil dan makin penasaran ingin segera melihat sisi dalamnya, yang tentu saja tak kalah menarik.

Begitu masuk, para tamu bisa langsung menuju Main Hall atau Hondo, yaitu salah satu landmark terbaik Kuil Nishi Hongangji. Terdiri dari dua bangunan utama, Goeido Hall dan Amidado Hall yang memiliki konfigurasi dinding mempesona. Amidado Hall yang dibangun pada tahun 1760 melengkapi Goeido Hall yang dibangun tahun 1636. Keduanya sudah ditetapkan sebagai ‘National Treasures of Japan’.

Sejumlah kamar indah yang dihiasi lukisan berlatar emas dan patung-patung semakin mempercantik dua bangunan ini. Beberapa patung berasal dari abad ke-6. Goeido Hall dan Amidado Hall menjadi salah satu bangunan kayu terbesar di Jepang. Pada 1998, keduanya direnovasi dan baru dibuka kembali untuk umum pada 2009.

Nishi Honganji
Suasana Kuil Nishi Honganji.(kyotostation.com)

Lonceng Raksasa Kaikan

Goeido Hall merupakan ruangan yang dipersembahkan untuk Shinran, seseorang yang berjasa dan merupakan pendiri aliran Budha Jodo Shinshu. Patungnya yang dipahat pada 1244 bisa dilihat di aula ini. Di sebelah barat terdapat Shoin yaitu bangunan dengan arsitektur klasik dan sangat khas berasal dari periode Azuchi Momoyama.

Sementara Amidado Hall, ruangan utama di kuil ini, merupakan ruangan yang diperuntukkan bagi Amida Budha.  Di sini ditempatkan patung Amidado Nyorai pada bagian altar utama. Patung diapit oleh gambar tujuh pendeta yang dikenal memiliki jasa besar terhadap perkembangan Jodo Shinshu.

Kemudian, di antara Goeido Hall dan Amidado Hall terdapat sebuah koridor sebagai jalan penghubung yang dilengkapi lampu-lampu dengan ornamen sangat cantik. Di luar kedua hall, terdapat Sampai Kaikan, sebuah lonceng berukuran sangat besar. Dengan tinggi mencapai 1,58 meter dan memiliki berat 1.800 kilogram, lonceng ini diakui sebagai karya seni bernilai tinggi.

Baca Juga :   Ini Strategi Gubernur NA Genjot Pembangunan dan Pariwisata Sulsel
Nishi Honganji
Lonceng berukuran tinggi 1,58 meter dan memiliki berat 1.800 kilogram.(kyotostation.com)

Bangunan lain di area kuil adalah Kyozo Scripture Repository  yang berwarna putih dengan bentuk sederhana. Merupakan tempat penyimpanan naskah Budha dan tulisan-tulisan lain yang dipublikasikan oleh seorang bikhu besar bernama Tenkai.  Tempat ini dibuka untuk umum, kecuali pada hari tertentu. Di lingkungan kuil ini juga terdapat paviliun yang dindingnya berlapis emas.

Tentu saja jika datang ke sini, tak perlu menghafal bagian demi bagian bangunan tersebut. Cukup mengambil brosur yang menjelaskan detail kuil di gedung pusat informasi atau biasanya tersedia di depan pintu masuk.

Untuk mengambil foto atau selfie, sebaiknya tanyakan dulu pada petugas, apakah di area tersebut boleh berfoto atau tidak, sebab biasanya di area bersejarah ada tempat-tempat yang tidak boleh difoto.

Markas Besar Jodo Shinshi

Berdasarkan sejarahnya, Nishi Honganji adalah kuil induk dan markas besar bagi aliran Jodo Shinshi yang didirikan dan dikembangkan oleh Shinran Shonin (1173-1263), atau selama periode pertengahan Kamakura (1185-1333).

Menghadapi berbagai rintangan, Shinran terus berjuang menyebarkan aliran Jodo Shinshu sampai akhir hayatnya. Ketika dia meninggal di usia 90 tahun, putrinya Kakushinni meneruskan perjuangan bersama para pengikutnya.

Nishi Honganji
Ritual membersihkan debu selama setahun di Kuil Nishi Honganji dengan memukul tikar tatami dengan tongkat bambu yang disebut ‘susutake’, pada 20 Desember 2019. (The Asahi Shimbun/Yoshiko Sato)

Beberapa tahun kemudian, Kakushinni mendirikan Kuil Nishi Honganji pada 1272, sebagai pusat pengajaran aliran Jodo Shinshu. Dalam perjalanannya, kuil ini tak menetap di satu tempat, namun berpindah-pindah seiring rintangan dan hambatan yang menghadang.

Salah satunya, kuil pernah hancur karena serbuan penganut aliran lain, yaitu aliranTendai pada 1465. Beruntung kuil berhasil dirikan kembali  pada 1591 di lokasi saat ini, berkat bantuan Hideyoshi Toyotomi.  Sampai kini, Kuil Nishi Honganji tetap kokoh berdiri di kawasan Hanayacho-sagaru, Horikawa-dori, Shimogyo-ku, Kyoto.

Baca Juga :   Jatim dan Jepang Perkuat Kerja Sama Bidang Pendidikan, Budaya dan Perdagangan

Bangunan kuil jauh lebih kokoh dan lebih besar dibanding sebelumnya. Pada perkembangannya, 11 tahun kemudian dibangunlah Kuil Higashi Hongangji sebagai pendamping. Berada dalam komplek yang sama, kedua kuil ditetapkan sebagai situs warisan budaya Unesco pada 12 Oktober 1994.

Uniknya, kedua bangunan kuil sangat mirip, baik dari sisi arsitektur dan ornamen-ornamen di dalamnya. Seluruh bangunan kuil juga sama, berlantai dasar kayu nan artistik. Jika masuk ke dalam komplek kuil harus melepas alas kaki. Namun yang perlu diingat, Nishi Honganji berada di sebelah barat, sementara Higashi Honganji berada di sebelah timur. Meski demikian, masih saja banyak wisatawan yang sulit membedakan keduanya.

Nishi Honganji
Tampak luar Kuil Nishi Honganji.(kyotostation.com)

Komplek kuil ini merupakan pusat pengajaran agama Budha terbesar selama periode Kamakura dan paling berpengaruh hingga saat ini. Juga menjadi salah satu tempat suci utama bagi penganut ajaran Budha di Negeri Sakura. Sehingga dalam komplek kuil ini juga terdapat Jodo Shinshu Study and Research Center.

 Komplek kuil juga dilengkapi dengan taman-taman teduh dan kolam yang indah. Ketika musim bunga sakura tiba, komplek Honganji juga akan terlihat sangat indah dengan bunga-bunga sakura bermekaran. Siapa pun bisa berkunjung ke sini secara gratis. Lokasinya juga sangat mudah dicapai, hanya sekitar 15 menit berjalan kaki dari Stasiun kereta Kyoto.(sekar ayu-bim)