Waynesburg, PMP – Jadwal Makenzie Barchiesi (15) yang bersekolah di SMA Waynesbug Central, Waynesburg AS, sangatlah padat. Selain belajar pelajaran sekolah, dia aktif kegiatan ekstrakurikuler dan menjadi sukarelawan. Padahal di usia yang masih sangat belia 12 tahun, gadis itu telah mengalami dua kali serangan stroke.
Stroke ternyata juga menyerang remaja belasan tahun. Setiap tahun, sekitar 2.000 remaja terserang stroke. Salah jika beranggapan stroke hanya menyerang mereka yang berusia tua.
Makenzie sendiri justru semakin tegar setelah dua kali menderita stroke. Dia memiliki perspektif yang lebih tegas dalam menyikapi kehidupannya. Dia merasa dirinya tak terkalahkan dan ingin berbuat banyak kebaikan untuk mengisi hari-harinya.
“Aku belajar bahwa hidup adalah hadiah, tapi bukan untuk diterima begitu saja,” katanya seperti dikutip heraldstandard.com.
Makenzie kini aktif dalam berbagai kegiatan. Sebentar lagi dia bakal tampil dalam pementasan drama antar SMA berjudul ‘The Little Princess’. Dia juga ikut klub konservasi alam dan menjadi sukarelawan Love Green, sebuah organisasi sosial untuk orang miskin di lingkungannya.
Alice Matis, guru sekolah Makenzie, mengaku kagum atas kegigihan muridnya itu. Di matanya, Makenzie adalah pahlawan dalam hal kegigihan.
“Pernah menderita stroke, kejang dan operasi otak, Makenzie tetap optimis. Dia tidak pernah membiarkan apapun membuatnya jatuh. Dia tidak menyerah. Tidak ada yang mendorongnya, dia mendorong dirinya sendiri,” kata Matis.
Tertolong Berkat Adik
Makenzie menderita stroke pada usia yang masih sangat muda. Dawn Calabrese, ibu Makenzie, tak akan pernah melupakan saat putrinya pertama kali mengalami stroke.
Pada malam 19 Juni 2017, Makenzie menghabiskan waktu bersama teman-temannya di Lions Club Park. Sekitar pukul 22.30, Makenzie yang sudah pulang merasa pusing yang sangat hebat. Dia minum Tylenol dan pergi tidur.
Sekitar pukul 03.30 pagi, Joel adik perempuan Makenzie yang tidur sekamar, terbangun karena hembusan nafas kakaknya terlihat lebih berat. Dia segera membangunkan ayahnya Stephen Barchiesi untuk melihat kondisi kakaknya.
Stephen pun segera meminta bantuan melalui layanan darurat 911. Makenzie pun diterbangkan dengan helikopter ke Rumah Sakit Anak-Anak UPMC Pittsburgh.
Saat dirawat selama delapan hari itulah, Makenzie diketahui menderita aneurisma atau pelebaran abnormal pada pembuluh nadi karena dinding pembuluh darah yang lemah.
Makenzie sendiri justru bersyukur dan menganggap stroke yang dialaminya sebagai berkah. “Jika saya tidak terkena stroke, mereka tidak akan menemukan aneurisma. Jika aneurisma belum diperbaiki, itu bisa merenggut nyawaku,” katanya.
Pada 24 Agustus atau dua bulan dan 14 hari setelah menderita stroke, Makenzie kembali ke sekolah untuk hari pertama di kelas delapan. Dia disambut teman dan gurunya yang mengenakan kemeja abu-abu dan ungu bertuliskan, “Kenzie Girl Strong”.
Proses pemulihan Makenzie pascastroke sangatlah menantang. Sebab dia kehilangan kemampuan berbicara, berjalan dan menggerakkan tubuh bagian kanan. Dia harus menggunakan kursi roda.
Makenzie menjalani terapi fisik intensif lima hari dalam seminggu dan lima jam sehari, di Orthopedic and Sports Physical Therapy Associates, di Waynesburg.Dia juga menjalani terapi okupasi dan terapi bicara untuk mendapatkan kembali kemampuan berbicara dan menulis.
“Saya ingin kembali ke sekolah dan saya hanya ingin menjadi normal, jadi saya melakukan semua yang saya bisa untuk mencoba kembali normal,” katanya.
Serangan Stroke Kedua
Selanjutnya pada 2 Februari 2018, Makenzie menjalani operasi otak untuk memperbaiki aneurisma. Selama operasi, ternyata dia justru menderita stroke kedua yang membuatnya kehilangan penglihatan 20% di mata kiri. Namun syukurlah, seminggu setelah operasi aneurisma, Makenzie sudah bisa kembali beraktivitas.
Ibu Makenzie mengatakan, dua kali serangan stroke yang dialami Makenzie telah membuat keluarganya bertekad menyebar kebaikan dan cinta dengan berbagai hal sederhana. Makenzie pun memilih menjadi sukarelawan Love Green di lingkungannya.
Bahkan kini dia menjadi sukarelawan untuk Linda Hopkins Memorial Ride yang terkenal dengan kegiatan donasi ‘Make a Wish’. Makenzie juga telah menyumbangkan kursi pijatnya kepada remaja Waynesburg lain yang menderita stroke.
“Setelah saya menyelesaikan semua terapi, saya ingin memberikan kepada orang lain yang membutuhkan,” katanya.
Makenzie tak akan penah lupa bagaimana adik perempuannya terus memotivasi saat dirinya merasa putus harapan. “Jadi adil jika saya sekarang ganti membantu orang lain. Apalagi membantu seseorang dengan hal kecil, ternyata memberi rasa sukacita yang luar biasa, ” kata Makenzie yang bercita-cita menjadi guru.
Baca juga : Stroke Bukan Akhir Kehidupan, Simak Mark Moore yang Sembuh Total
Makenzie memang masih menjalani beberapa terapi dan memiliki beberapa keterbatasan setelah dua kali stoke yang dialaminya. Tapi dia bertekad untuk sembuh.
“Aku terus mendorong semangat dan aku tidak menyerah. Tidak peduli seberapa keras perjuangan yang harus kulakukan,” katanya. (bim)